telkomsel halo

Ini Alasan XL Ngotot 4G di 1.800 MHz

08:08:54 | 26 Mar 2015
Ini Alasan XL Ngotot 4G di 1.800 MHz
Ongki Kurniawan (Dok)
JAKARTA (IndoTelko) – PT XL Axiata Tbk (XL) selama ini terkesan sebagai operator yang paling ngotot menggelar layanan 4G di frekuensi 1.800 MHz.

Hal itu terlihat dari pemilihan metode pemindahan kanal di frekuensi 1.800 MHz dimana anak usaha Axiata ini secara tegas menyatakan memilih metode direct ketimbang indirect.

Metode direct adalah skenario  pemindahan kanal bertahap per wilayah dengan cara swap frekuensi serempak. Metode indirect adalah pemindahan kanal bertahap per wilayah dengan cara swap  frekuensi tetapi disediakan kanal  kosong untuk transisi. Telkomsel dan Indosat sepertinya condong ke indirect.

Di frekuensi 1.800 MHz terdapat tiga operator GSM yakni Telkomsel, Indosat, XL Axiata, dan Tri Indonesia. (Baca juga: Jawaban Telkomsel soal kanal 1.800 MHz)

“Selama ini di media terkesan ramainya soal kebut-kebutan komersial dan metode pemindahan kanal, sebenarnya ada latar belakang kuat kenapa XL memacu adanya 4G di 1.800 MHz. Kami percaya setiap kenaikan penetrasi broadband sebesar 10% itu akan meningkatkan perekonomian 1,4%. Sekitar 6% nantinya itu akan datang dari pengguna broadband. Ini big picture-nya,” ungkap Direktur Service Management XL Axiata Ongki Kurniawan kalam menjadi pembicara di Talk Show IndoTelko Forum, kemarin.

Diungkapkannya, saat ini 4G memang sudah ada di Indonesia, namun di frekuensi 900 MHz dengan lebar pita yang terbatas.

“Tak pernah kecepatan ideal dari 4G itu dinikmati pengguna karena keterbatasan frekuensi. Di 900 MHz itu semua pemain GSM juga terbatas frekuensinya, karena itu kita dorong di 1.800 MHz, soalnya ada ruang frekuensi yang longgar disana. Selain itu, secara ekosistem, di 1.800 MHz itu sudah digelar 150 operator, sementara di 900 MHz itu hanya ada 6 operator di seluruh dunia,” paparnya.

Ditambahkannya, kecepatan ideal itu dibutuhkan operator agar rich content bisa berjalan terutama cloud computing, streaming, dan lainnya.

“Karena itu kita perlihatkan kala trial 4G di 1.800 MHz kemampuan apa saja yang bisa dijalankan dengan kecepatan 100 Mbps. Karena inti broadband itu di rich content agar digital economy tumbuh,” tegasnya.

Terkait dengan pilihan XL terhadap metode pemindahan kanal secara indirect, Ongki menjelaskan, dari sisi biaya lebih murah dan cepat.

“Pemindahan kanal itu melibatkan 4 operator, jadi harus kerjasama. Kalau kita usulnya pilih pulaunya, kita kerjakan semua dalam satu malam terus pindah lagi. Usulan kita mulai dari Bali, Kalimantan, beberapa pulau lainnya setelah itu baru Jawa terakhir,” katanya. (Baca juga: Menkominfo minta metode pemindahan kanal cepat diputuskan)

Ditegaskannya, XL mengusulkan metode direct karena memiliki pengalaman mengintegrasikan jaringan dengan Axis beberapa waktu lalu. “Ini bukan soal mau cepat-cepatan, tetapi kalau indirect itu satu lokasi bisa makan waktu seminggu dan lebih mahal,” pungkasnya.

Sementara itu President Director & CEO Indosat Alexander Rusli mengingatkan dalam pemindahan kanal hal yang harus diperhatikan adalah kenyamanan pelanggan. “Kita terus terang tak mau kehilangan pelanggan karena layanan drop. Ini kan butuh edukasi dan lainnya. Harap diingat, pelanggan 2G yang menempati frekuensi 1.800 MHz itu banyak di semua pemain,” tangkisnya.

Campur Aduk    
Sementara itu, Anggota Komite Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) M Ridwan Effendi melihat operator mengaburkan isu teknis dan bisnis ke masyarakat terkait 4G.

“Operator jualan 4G itu kecepatan 100 Mbps, padahal itu kecepatan downstream maksimal dengan syarat satu orang saja di dekat BTS,” ungkapnya.

Diingatkannya, masyarakat tidak peduli dengan kecepatan, tetapi kenyamanan dan kestabilan dalam mengakses konten. “Dapat 2 Mbps saja, asal stabil sudah banyak yang bisa dilakukan. 4G itu hanya akses, kalau backbone dan backhaul tak diperbesar, sama saja bohong. Sekarang banyak operator masih mengandalkan microwave link, harusnya semua sudah serat optik,” tuturnya.

Menanggapi hal itu, Ongki mengaku sudah memberikan edukasi masyarakat terkait kecepatan 4G dengan tagline '4G: For Goodness' agar masyarakat tahu layanan ini berbeda dengan 3G.

"Kalau soal fiber optik, XL ini pemilik fiber optik kedua terbesar di Indonesia yakni sepanjang  35 ribu  Ke depan, LTE kita akan menggunakan fiber optik tapi microwave juga berkontribusi di beberapa area. Kalau sampai ke agregasi, baru pakai fiber. Jadi, kita sudah cukup siap ke 4G," tangkis  Ongki.

Direktur  Ericsson Indonesia, Rustam Effendi menambahkan saat ini ada perangkat microwave yang mampu mendukung akses 4G. "Microwave versi lama hanya memiliki kapasitas 32-64 MB.  Sekarang sudah ada microwave yang 1 GB. Hanya saja butuh frekuensi yang tinggi, sehingga cakupan jaraknya pendek. Itulah sebabnya fiber tetap dibutuhkan," jelasnya.

Sekadar diketahui, dalam riset  Akamai Technologies, pada tiga bulan terakhir 2014 kecepatan koneksi internet rata-rata di Indonesia adalah 1,9 Mbps selama kuartal 4 tahun 2014. Data ini menunjukkan penurunan drastis sebanyak 50% atau dari 3,7 Mbps pada kuartal 3 tahun 2014.

GCG BUMN
Kecepatan rata-rata internet pada kuartal 4 tersebut masih 16%  lebih baik ketimbang kuartal yang sama di tahun 2013. Turunnya kecepatan internet tersebut membuat posisi internet Indonesia di 122 dunia merosot tajam dari  posisi 77.(dn)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories