JAKARTA (IndoTelko) – Dua vendor smartphone global dipastikan akan berinvestasi langsung dengan mengoperasikan pabriknya di Indonesia pada kuartal I 2015.
Dua vendor itu adalah Samsung dari Korea Selatan melalui PT Samsung Electronics Indonesia (SEIN), dan vendor asal Tiongkok, OPPO Electronics Corp melalui PT Indonesia Oppo Electronics yang
memiliki rencana serupa pada Maret 2015.
Direktur Industri Elektronika Telematika, Direktorat Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Ignasius Warsito, mengungkapkan, selain dua vendor itu ada merek lain yang tertarik berinvestasi di Indonesia seperti Huawei, Asus, Lenovo, LG, ZTE, dan Xiaomi.
“Namun, sejauh ini
baru Samsung yang berencana mulai produksi smartphone pada Januari 2015 dan Oppo di Maret tahun mendatang,” ungkapnya, pekian lalu.
Diungkapkannya, Samsung akan mengoperasikan pabriknya di kawasan industri Karawang dan sudah membawa mesin industri, tim penelitian dan pengembangan ke Tanah Air, sementara Oppo berencana beroperasi di Tangerang.
“Kami tengah menggodok rencana pemberian insentif bea cukia terhadap impor barang setengah jadi dalam industri ini. Misalnya, layar LCD, chipset, dan komponen lain akan ditanggung pemerintah agar investasi makin banyak masuk. Kita harapkan nanti lebih banyak joint investment dengan mitra lokal,” paparnya.
Pemerintah juga berupaya mempermudah izin untuk pembangunan kawasan industri perakitan handset. Untuk itu, pemerintah alkan merevisi Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri. Pemerintah menargetkan PP tersebut keluar pada akhir tahun ini.
Namun, pemerintah memastikan semua investor memiliki Izin Usaha Industri (IUI) dan mengawasi Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) sesuai Peraturan pemerintah 69/2014 tentang ketentuan dan Tata Cara Penghitungan TKDN Industri Elektronika dan Telematika yang merupakan turunan UU No 3/2014 tentang perindustrian.
Di peraturan itu disebutkan, perakit lokal harus memiliki formula, yakni 80% untuk kegiatan manufaktur dan 20% untuk kegiatan riset dan pengembangan (R&D).
Diharapkan dibangunnya pabrik di Indonesia bisa menekan jumlah impor smartphone sekitar 5%-10% pada tahun depan. Dalam catatan Kemenperin, jumlah impor ponsel per Agustus 2014 sudah menembus US$ 2,1 miliar.(ak)