JAKARTA (indotelko) – PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) ingin menaikkan kontribusi dari jasa data pada 2013 dengan menyiapkan belanja modal sebesar US$ 30 juta.
“Kami siapkan belanja modal sebesar itu untuk mengembangkan jaringan, khususnya di data. Saat ini jasa data baru berkontribusi sebesar 3% dari total pendapatan. Kita targetkan pada tahun depan kontribusinya bisa naik menjadi 8-10 persen. Sedangkan 4 tahun mendatang diharapkan kontribusinya bisa mencapai 30 %,” ungkap Wakil Direktur Utama Bakrie Telecom Jastiro Abi di Jakarta Selasa (18/12).
Diungkapkannya, sumber dana belanja modal tersebut akan diambil sebagian dari ekuitas perseroan dan sebagian lagi akan bersumber dari pinjaman bank.
"Porsinya sebesar 60% dari ekuitas perseroan, dan sisanya sebesar 40% akan bersumber dari pinjaman bank," ungkapnya.
Sedangkan untuk kinerja yang diraih perseroan pada tahun ini, pemilik merek dagang esia itu mengaku tidak mau menetapkan target yang muluk. “Kita hanya berharap kinerja 2012 sama dengan tahun 2011 lalu,” katanya.
Dijelaskannya, perseroan telah mengeluarkan lima langkah revitalisasi pada awal kuartal 2012.
Pertama, penyehatan dan penguatan keuangan perusahaan.Kedua, penguatan organisasi, budaya perusahaan, dan governance. Ketiga, kembali ke inti kekuatan perusahaan, yitu One Price (Esia) dengan banyak produk.
Keempat, perusahaan mendorong pendapatan dari data. Kelima, peningkatan kualitas layanan dan memberikan tarif yang murah bagi pelanggan.
Untuk diketahui, hingga September 2012, Bakrie Telecom mencatat rugi berish sebesar Rp 988,3 miliar. Kerugian tersebut terutama disebabkan oleh depresiasi nilai rupiah yang mempengaruhi nilai kewajiban perseroan dalam mata uang asing, termasuk beban bunganya.
Abi menjelaskan, belum ada niat perseroan untuk mencicil pelunasan utang pada tahun depan. Dari waktu ke waktu sejak tahun ini, perseroan sangat memperhatikan capital structure.
“Kita sudah mengurangi utang, sudah kurang Rp 650 miliar re-finance. Kami akan berupaya untuk meningkatkan pendapatan serta keuntungan usaha pada tahun depan agar bisa membayar utang saat jatuh tempo. Saat ini kami berusaha dulu agar pertumbuhan perusahaan jadi positif,” jelasnya.
Diungkapkannya, utang tercepat yang bakal jatuh tempo adalah dana pinjaman sebesar US$ 50 juta dari Credit Suisse. Utang ini digunakan oleh perseroan untuk pembayaran obligasi BTEL I sebesar Rp 650 miliar yang jatuh tempo pada September lalu.
Belum Berdampak
Terkait dampak dari beraliansi dengan PT Sampoerna Telekomunikasi Indonesia (STI) setelah tukar guling saham beberapa waktu lalu, Abi mengatakan, dalam waktu dekat belum ada pengaruhnya terhadap perseroan.
“Tapi dari segi utang akan berkurang karena tidak malakukan investasi jika merambah ke daerah," ujarnya.
Menurutnya, dengan tidak mengeluarkan investasi dalam memperluas jaringan, perseroan bisa lebih berhemat. "Jangka panjangnya baru akan terasa, saat ini belum," ucapnya.
Untuk diketahui, pada Maret 2012, Bakrie Telecom mengakuisisi STI dengan cara tukar guling. Sebesar 35% saham STI akan ditukar dengan saham Bakrie Telecom. Dalam waktu 3 tahun ke depan, perseroan dimungkinkan untuk menambah kepemilikan sahamnya di STI hingga 100%.(ak)