JAKARTA (indotelko) – PT Centrin Online Tbk (CENT) diramal akan dikuasai oleh Northstar Group jika saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) sebanyak 6,849 miliar lembar yang diterbitkan perusahaan penyedia internet itu diborong Clover Universal Enterprise Ltd (Clover).
Nilai dari 6,849 miliar lembar saham itu setara Rp 684,95 miliar dengan penguasaan saham di Centrin mencapai 92,31%.
Clover adalah perusahaan investasi berbasis di British Virgin Islands yang mayoritas sahamnya dikuasai oleh Northstar Equity Partners III Limited. Northstar sendiri di Indonesia identik dengan pengusaha Patrick S Walujo.
Patrick merupakan mantan bankir Goldman Sachs yang juga menantu TP Rachmat, mantan Presiden Direktur PT Astra International Tbk.
Hingga kini, Northstar telah berinvestasi di sejumlah perusahaan strategis di sektor minyak dan gas, retail/consumer goods, telekomunikasi, dan perbankan.
Northstar bersama Texas Pacific Group (TPG), perusahaan private equity asal Amerika Serikat, meningkatkan dana investasi untuk mengincar perusahaan-perusahaan di Indonesia dan kawasan Asean.
TPG dalam situsnya menyebut dana yang dikelolanya sebesar US$ 500 miliar.
Dana yang dikelola Northstar sebagian berasal dari TPG. Selain itu juga berasal dari dari Government of Singapore Investment Corp Pte Ltd, Duke University Endowment, Kerry Group (Robert Kuok), CIMB, dan Citigroup.
Direktur Utama Centrin Online Ismail Hirawan mengakui peluang Northstar lumayan besar sebagai pemegang kendali perseroan jika pemegang saham yang ada sekarang tak membeli saham baru yang ditawarkan.
“Pasalnya yang menjadi standby buyer itu adalah Clover. Tetapi kita lihat dulu setelah masa penawaran. Siapa tahu ada pemegang saham lama ingin membeli,” ungkapnya.
Premium
Dijelaskannya, penerbitan saham baru itu akan dilakukan dengan notasi 1:12. Artinya, pemegang satu saham lama mempunyai hak (rights) terlebih dahulu untuk membeli 12 saham baru yang diterbitkan perseroan pada harga yang telah ditentukan.
Harga penawaran saham rights issue yang akan dijadwalkan pada 19 Februari 2013 mendatang telah diputuskan senilai 100 rupiah per lembar saham.
Penggunaan
Adapun penggunaan dari dana right issue ini sebagian besar atau sekitar 43% untuk membeli piutang Windrold atas Retower dan sekitar 36,1% akan ditempatkan untuk modal kerja perseroan.
Sementara 15,36 persen dialokasikan untuk membeli opsi saham dari Winlord, serta sisanya 5,53% persen digunakan perseroan untuk melaksanakan hak opsi atas saham Retower.
Hutang yang dimiliki Retwoer merujuk pada option Deed yang dimiliki Retower pada tanggal 3 Agustus 2012 antara Winlord sebagai Option holder dan para pemegang saham Retower sebagai Option Grantor serta piutang atas Retower kepada Winlord berdasarkan US$ 30 juta Senior Secured Facility Agreement antara Retower sebagai peminjam, Winlord sebagai pemberi pinjaman serta pemegang saham Retower.
Retower merupakan perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi terutama penyediaan situs operasi dan menara.
Aksi right issue sendiri memang bertujuan untuk membeli 100% saham Retower.
Pembelian saham Retower Asia itu dilakukan melalui mekanisme pembelian, pelaksanaan opsi saham, dan transaksi pembelian piutang atas Retower Asia dari Winlord.
“Rencananya itu sekitar US$ 14 juta untuk membayar opsi saham milik Retower. Sisanya untuk mengambil alih hutang Retower di Winlord dan modal kerja,” ungkapnya.(id)