JAKARTA (IndoTelko) – PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) menahan dividen atas keuntungan yang dibukukan selama 2012 guna menopang ekspansi perseroan selama tahun ini.
Direktur Utama Solusi Tunas Pratama Nobel Tanihaha mengungkapkan selama 2012 perseroan membukukan laba bersih Rp 175,7 miliar dan dijadikan sebagai laba ditahan sekaligus dana cadangan untuk mendukung ekspansi.
"Kami menginginkan pertumbuhan yang tinggi pada tahun ini. Untuk itu butuh topangan dana untuk ekspansi dan akuisisi,” katanya di Jakarta, kemarin.
Diungkapkannya, selama triwulan pertama 2013 peseroan mengalami pertumbuhan sites perseroan pada kuartal I 2013 sebesar 36,5% menjadi 3.065 sites dibandingkan Desember 2012 sebanyak 2.246 sites. Pertumbuhan sites ditopang oleh akuisisi sites sebanyak 754 sites, selain membangun sites sendiri sebanyak 65 sites.
Renacananya pada tahun ini Solusi Tunas akan membangun 1.000 menara dengan nilai investasi mencapai Rp 1,5 triliun rupiah.
Sumber dana untuk belanja modal ini berasal dari pinjaman bank. Pada bulan maret lalu, perseroan telah mendapatkan pinjaman sindikasi sebesar US$ 300 juta atau setara dengan Rp 2,9 triliun dengan tenor selama 5 tahun.
Hingga triwulan pertama perseroan sudah membangun 200 menara dnegan investasi per menara sekitar Rp 1 miliar- Rp 1,2 miliar. Sedangkan belanja modal yang sudah terserap sekitar Rp 250 miliar.
“Kita banyak bangun di Jakarta dan Jawa. Di luar Jawa tidak banyak, hanya 10 % dari keseluruhan menara ," jelasnya.
Tak hanya itu, perseroan juga akan membangun serat optik menggunakan 10% dari alokasi belanja modal tahun ini. Saat ini perseroan sudha membentangkan 1.000 kilometer serat optik di jalan-jalan utama Jakarta.
Bidik Mitratel
Lebih lanjut Nobel mengakui tertarik dengan anak usaha Telkom, PT Daya Mitra Telekomunikasi (Mitratel), yang rencananya akan dilepas tahun ini oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) .
"Informasi soal Mitratel itu lebih banyak di media massa, kami belum tahu skema apa yang akan dipilih Telkom. Apakah opsi merger atau akuisisi,” jelasnya.
Sekadar diketahui, Telkom tengah mengaji membawa PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) melalui jalur back door listing ketimbang Intial Public Offering (IPO).
Praktik Backdoor listing biasanya saham dari satu perusahaan diambil alih oleh perusahaan yang telah tercatat di bursa saham sehingga secara tidak langsung menjadi bagian dari emiten yang tercatat di pasar modal.
Telkom sudah menunjuk Barclays Capital untuk memuluskan aksi ini. Saat ini Mitratel mengelola sebanyak 3.000 unit menara, dan sedang dalam proses mengambialih sekitar 14.000 unit menara milik Telkomsel yang juga anak usaha Telkom.(ct)