JAKARTA ( IndoTelko) - PT Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST) akan menggenjot diversifikasi penyewa menara miliknya untuk menopang pendapatan pada tahun ini.
“Kami tahun lalu secara perlahan mulai mengurangi ketergantungan pada satu operator sebagai penyewa. Jika dilihat, kontribusi Smart Telecom itu sudah mulai turun dari 70% ke 68% bagi total omzet pada tahun lalu. Tahun ini kita akan cari penyewa lainnya dengan menawarkan lokasi strategis,” ungkap Direktur Utama Inti Bangun Andrie Tjioe usai paparan publik di Jakarta, kemarin.
Sekadar diketahui, selama 2012 pendapatan Inti Bangun sebesar Rp 413,690 miliar. Penopang pendapatan selama 2012 berasal dari sewa rooftop dan menara senilai Rp 394.544 miliar dan pemeliharaan menara sekitar Rp 19,145 miliar. Pelanggan utama dari perseroan adalah PT Smart Telecom dengan nilai sewa mencapai Rp 288,613 miliar selama 2012.
Menurutnya, hal yang wajar perseroan mendapatkan order dari Smartfren karena menara milik Smart Telecom banyak diakuisisi penyedia menara itu. Pasokan menara lainnya berasal dari akuisisi PT Dian Swastatika Sentosa. Kedua aset yang diakuisisi ini masih bagian dari Sinar Mas group.
"Pada tahun ini kami tetap banyak mendapatkan order dari Smartfren karena operator itu tengah mengembangkan teknologi baru," katanya.
Tak hanya menggenjot dari penyewa yang bervariasi, perseroan juga tengah membidik pasar serat optik yang disewakan untuk sejumlah operator. “Di sejumlah daerah kami sudah ajukan izin untuk membangun serat optik. Ini bagian dari adaptasi tren penggunaan serat optik bersama layaknya yang terjadi di menara,” jelasnya.
Strategi lainnya untuk mengembangkan bisnis yakni fokus pada pembangunan jaringan di lokasi strategis, meningkatkan keuntungan dari kolokasi, menawarkan onse stop solution untuk microsite backhaul, dan solusi IBS Link yang memungkinkan operator bisa mengoptimalisasi site dimiliki.
Pertumbuhan Pendapatan
Chief Finance Officer Inti Bangun Stefanus Sudyatmiko mengungkapkan, perseroan pada tahun ini membidik pertumbuhan pendapatan sebesar 21% dengan mengandalkan dari ekspansi organik dari menara yang dimilikinya.
"Pada tahun ini kami membidik pendapatan sekitar Rp 500 miliar atau naik 21% dibandingkan 2012 sebesar Rp 413,69 miliar. Kita andalkan dari pertumbuhan organik menara yang dimiliki," ungkap Stefanus.
Dijelaskannya, untuk mendapatkan target omzet tersebut perseroan menyediakan belanja modal sekitar Rp 350 miliar dimana sekitar Rp 120 miliar dipasok dari sisa dana Initial Public Offering (IPO) yang dilakukan medio 2012.
"Sisa dana akan didapat dari operasional. Kami rencananya tahun ini membangun sekitar 150 menara, sekitar 100 menara sudah selesai dibangun. Jumlah menara pada 2012 sebanyak 1.992 menara," ungkapnya.
Berdasarkan keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), perseroan hingga triwulan pertama 2013 mendapatkan pendapatan sebesar Rp 108,198 miliar atau naik 1,9% dibandingkan periode sama 2012 sebesar Rp 106,166 miliar.
Naik tipisnya pendapatan usaha berimbas kepada penurunan laba bersih selama triwulan pertama 2013 dimana membukukan sebesar Rp 63,455 miliar atau anjlok 76% dibandingkan periode sama 2012 sebesar Rp 268,67 miliar.
"Turunnya laba bersih ada unrealise gain dari item properti dengan investasi Rp 191 miliar pada kuartal I 2012. Sedangkan di Q-13, properti investasi tidak kita appraise lagi sehingga terlihat seperti turun banyak. Kita akan appraise kembali di buku Juni 2013," jelas Stephanus.(id)