Obligasi Protelindo Dapatkan Perangkat AA-

Ilustrasi (DOK)

JAKARTA (indotelko) – Lembaga pemeringkat Fitch Ratings memberikan peringkat nasional senior tanpa jaminan ke PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo) dan juga peringkat obligasi senilai Rp 2 triliun yang akan diterbitkan perusahaan pada 2013, masing-masing di AA-(idn).

"Peringkat yang diperoleh itu sama seperti obligasi lainnya yang telah diterbitkan perseroan," jelas  analis Fitch Olly Prayudi.

Protelindo akan menggunakan dana dari penerbitan obligasi untuk melunasi utang bank dalam denominasi rupiah dan untuk kebutuhan umum perusahaan lainnya.

Obligasi diperingkat pada level yang sama dengan peringkat nasional jangka panjang dari Protelindo di AA-(idn),  karena merupakan kewajiban langsung, tidak bersyarat, dan senior tanpa jaminan dari perusahaan. Obligasi yang akan diterbitkan akan berperingkat pari-passu dengan semua kewajiban tanpa jaminan dari perusahaan.

Menurutnya, aliran dana dari operations (FFO)-adjusted net leverage dari Protelindo naik menjadi 3,9 kali di akhir Maret 2013, naik dari 3,4 kali di 2012 dikarenakan akuisisi investasi Rp 992 miliar (US$ 104 juta).
 
Fitch berpendapat bahwa leverage dari Protelindo akan tetap berada di bawah 4 kali di 2013 karena kas yang dihasilkan secara internal cukup untuk membiayai belanja modal. Fitch juga menilai positif komitmen dari manajemen untuk menjaga net debt dibanding dengan quarterly annualised EBITDA sekitar 3-3,5 kali.

Protelindo memiliki arus kas yang stabil dan dapat diprediksi dari kontrak jangka panjang yang tidak bisa dibatalkan (10-12 tahun), yang didalamnya tercantum penyesuaian harga tahunan yang dihubungkan dengan tingkat inflasi.

Perusahaan memperoleh lebih dari setengah total pendapatan tahunan di muka dan memiliki sekitar US$ 2,7 miliar Rp 25,6 triliun pendapatan yang dikontrakkan hingga 2027 di akhir Maret 2013.

Peringkat juga memperhitungkan EBITDA marjin yang kuat (pada 2012 sebesar 83%) dan regulasi yang menguntungkan, yaitu perusahaan telekomunikasi dianjurkan untuk berbagi menara dibandingkan dengan membangun menara baru yang akan digunakan sendiri.

Dana yang didapat ini rencananya akan digunakan  untuk membayar utang dan sebagian lainnya untuk modal kerja perseroan.(ak)