JAKARTA (IndoTelko) – Rencana PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) untuk melepas 49% sahamnya di PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) sepertinya akan molor dari target yang ditetapkan yakni, September 2013.
Pasalnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu masih mengkaji skema yang paling menguntungkan untuk melepas anak usaha yang bergerak di bidang penyewaan menara tersebut.
"Masih dicari cara agar Telkom mendapatkan value yang besar jika saham Mitratel dilepas,” ungkap Direktur Utama Telkom Arief Yahya, kemarin.
Diungkapkannya, perseroan masih menimbang aksi backdoor listing, indirect listing, atau merger untuk melepas sebagaian kepemilikan di Mitratel. “Kita mau lihat dari tiga itu mana yang paling menguntungkan bagi Telkom. Kita belum tentukan batas waktu untuk mengambil keputusan masalah ini,” jelasnya.
Sebelumnya, Telkom mengungkapkan tiga perusahaan menara yang tercatat di bursa saham sudah mengajukan proposal ke konsultan yang ditunjuk yaitu, Barclays Capital. Ketiga perusahaan itu adalah PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), PT Tower Bersama Infastructure Tbk (TBIG) dan PT Solusi Tunas Pratama (SUPR).
TBIG kabarnya telah menunjuk UBS Securities sebagai penasihat keuangan untuk tender pembelian sebagian saham Mitratel itu.
Mitratel memiliki aset tiga ribu menara dengan valuasi sekitar 3 triliun rupiah. Pada 2012, Mitratel memiliki pendapatan sebesar Rp 1,6 triliun serta mencatat laba bersih sebesar Rp 305,007 miliar. Wacana melepas sebagian saham Mitratel sendiri sudah ada sejak 2011 lalu.
Selain Mitratel, anak usaha lainnya yang tengah dalam proses dilepas sebagian sahamnya oleh Telkom adalah PT Indonusa Telemedia atau TelkomVision.
Telkom kabarnya melepas 80% saham TelkomVision ke CT Corpora dan sudah dibalut dalam Conditional Sales and Purchase Agreement (CSPA). Prediksi awal, pada Juli 2013 transaksi bisa rampung, namun hingga sekarang masih menggantung.
Valuasi korporasi TelkomVision sendiri sekitar US$ 200 juta beserta utang yang dimilikinya.Kedua perusahaan menandatangani CSPA pada pekan pertama Juni 2013. Telkom menggunakan Morgan Stanley sebagai financial advisor untuk transaksi ini.(ak)