Big Data akan menjadi bahasan paling ditunggu saat CTI Infrastuktur Summit 2014 digelar Februari nanti. Disinyalir, Indonesia akan juga merasakan fenomena big data ini mengingat pengguna social media yang berasal dari Indonesia merajai hampir semua platform.
Berikut wawancara Indotelko dengan CEO Computrade Technology International Group, Hary Surjanto di Jakarta beberapa waktu lalu.
Mengapa Big Data akan menjadi bahasan penting di CTI Infrastruktur Summit 2014 nanti?
Big Data itu suatu hal yang tidak bisa dihindari. Secara global kita telah berada di era ini. Oleh karena itu diharapkan acara ini dapat memberikan jawaban tentang berbagai tren perkembangan teknologi terkini, termasuk Big Data itu sendiri. Kami mencoba membahas lebih lanjut mengenai Big Data dan implementasinya yang tepat di kalangan korporasi.
Sebenarnya mengapa Big Data itu bisa muncul dan menjadi tren global?
Kemunculan Big Data lebih karena semakin maraknya penggunaan sosial media dan didukung dengan pertumbuhan platform sosial media yang cukup pesat. Korporasi juga akan membutuhkan sosial media untuk meningkatkan brand awareness produknya. Kita lihat saja perkembangan dari sisi perangkat storage. Seperti data yang dipaparkan EMC tadi. Di tahun 1980, untuk membeli storage sebesar 1 terrabyte butuh USD14 juta. Kini cukup dengan USD1.000 sudah bisa memiliki storage 1 terrabyte, seukuran usb pula. Ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan data semakin besar.
Memangnya bagaimana perkembangan penggunaan data saat ini?
Ada penelitian yang menunjukkan jika penggunaan data pada 2020 nanti akan mencapai 50 kali lipat dibanding 2010. Bahkan angkanya mencapai 40.000 exabyte. Satu exabytes itu nol-nya ada 16. Bayangkan saja seberapa besar itu.
Di Indonesia sendiri fenomena, apa Big Data sudah mulai?
Saya rasa belum tapi mengarah ke sana. Data besar tapi masih parsial kebanyakan adalah data yang tidak terstruktur seperti email dan sejenisnya. Sekitar satu atau dua tahun lagi mungkin. Oleh karena itu korporasi harus bersiap. Dibutuhkan informasi yang cukup mengenai ini dan cara menghadapinya. Selama ini perusahaan besar di Indonesia baru mengandalkan data warehouse. Cloud akan menjadi solusi untuk big data ini.
Sebagai perusahaan penyedia infrastruktur TI, apa pemilu nanti akan berpengaruh terhadap industri?
Saya yakin, jika dikaitkan dengan pemilu, Indonesia sudah sangat berpengalaman. Jadi mestinya tidak terlalu dikhawatirkan. Justru ekonomi yang harus dijaga dan cukup memberikan pengaruh.
Artinya, situasi ekonomi merupakan kendala paling signifikan?
Ya. Kita tidak bisa menutup mata dengan kondisi ekonomi dunia yang masih sangat gamang, gampang berubah. Kita itu semakin connected antar negara. Pemilihan Bank Central AS saja bisa mempengaruhi ekonomi Indonesia. Padalah apa kaitannya? Persepsi orang, karena financial market itu jauh lebih besar dibanding yang real bisnisnya, itu pengaruhnya besar sekali. Sehingga kita mau tak mau harus ikut membaca (kondisi ekonomi). Budgetnya rupiah. Kita membuat penawaran gimana? Wong kita bayarnya keluar tetep dolar.
Berarti dampak dari fluktuasi rupiah ini berimbas ke services?
Dari sisi services sih tidak masalah. Kita kan juga transaksinya pakai rupiah. Justru barang yang bermasalah. Mainly yang dari luar negeri karena memang belinya dalam mata uang asing dan budget user dalam mata uang rupiah. Kadang jadi buru-buru. Ada juga yang pakai fasilitas hedging tapi mahal sekali biayanya di Indonesia.
Bagaimana jadinya sikap CTI mengatasi fluktuasi rupiah?
Intinya, dari kami, membuat proses-nya itu harus menunggu. Jadi kita akan memberikan harga dan prosesnya akan kita pendekkan.
Harapan untuk pemerintah?
Ya, ekonomi-nya harus dijaga agar stabli terus. Jangan berubah-ubah terus. Berapapun kurs-nya harusnya tetap stabil.(ct)