JAKARTA (IndoTelko) – PT Indosat Tbk (ISAT) telah mengumumkan kinerjanya selama tahun 2013.
Seperti yang diprediksi sebelumnya, anak usaha dari Ooredoo ini sepanjang 2013 akan mengalami kerugian karena tingginya beban utang dalam bentuk dollar AS. Namun, hal yang mengejutkan adalah, kerugian yang diderita terlalu dalam.
Dikutip dari keterbukaan Informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (3/3), Indosat membukukan kerugian sebesar Rp 2,78 triliun sepanjang 2013 anjlok 841,7% dibanding 2012, dimana masih bisa membukukan keuntungan Rp 375,1 miliar.
Kepala Grup Hubungan Investor dan Sekertaris Korporasi Bayu Hanantasena menjelaskan, pemicu dari tingginya kerugian adalah melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
Indosat mengalami kenaikan kerugian selisih kurs sebesar Rp 2,78 triliun melonjak 274,3% dari kerugian selisih kurs di tahun 2012 yakni Rp 744,6 miliar.
Ditambah beban yang harus ditanggung mengalami peningkatan 16,2% dari Rp 19,22 triliun di 2012 menjadi Rp 22,34 triliun di 2013. Beban lain-lainnya ikut melonjak 77,5% dari Rp 2,72 triliiun ke posisi Rp 4,84 triliun.
Earning Before Interest Tax Depreciation Amortization (EBITDA) pun mengalami penurunan 1,6% dari Rp 10,54 miliar menjadi 10,37 miliar. Margin EBITDA pun merosot dari 47% menjadi 43,5%.
Posisi utang Indosat selama 2013 sebesar Rp 21,98 triliun bertambah 8,8% dari Rp 23,93 triliun di 2012. Pasalnya, belanja modal alias capital expenditure (capex) meningkat tajam 67% menjadi Rp 9,67 triliun di tahun 2012.
Operasional
Jika dilihat dari sisi kinerja operasional, pendapatan Indosat selama 2013 hanya tumbuh 6,4% dari Rp 22,4 triliun ke posisi Rp 23,85 triliun. Ini di bawah rata-rata industri yang bermain di 7%-8%.
Penopang pendapatan adalah layanan seluler yang naik 4,8% dari Rp 18,48 triliun menjadi Rp 19,37 triliun. Sedangkan, pendapatan non-selularnya meningkat 14% dari Rp 3,92 triliun menjadi Rp 4,48 triliun.
Indosat ternyata tak bisa memanfaatkan momentum kuartal keempat 2013 karena kinerja perseroan dari kuartal ketiga ke keempat 2013 cenderung stagnan. Pendapatan yang diraih di kuartal keempat 2013 sebesar Rp 6,056 triliun atau turun 0,6% dibandingkan kuartal ketiga 2013 sebesar Rp 6,091 triliun. Padahal, antara kuartal ketiga ke keempat 2013 terjadi peningkatan sekitar 5,8 juta pelanggan.
Sepanjang 2013 Indosat berhasil menambah pelanggan 1,9% menjadi 59,6 juta pelanggan dari sebelumnya 58,5 juta pelanggan. Average revenue per unit (ARPU) meningkat 1,8% menjadi Rp 27.600. Sementara, penggunaan pulsa pelanggan per menit juga naik 4,6% menjadi Rp 133 dari sebelumnya Rp 127 per menit.
Dari sisi kinerja layanan, hanya jasa data yang mengalami peningkatan 37,1% dan VAS sebesar 54% di 2013, sedangkan jasa suara mengalami penurunan 9,1% karena rendahnya penggunaan, SMS turun 5,8% karena rendahnya penggunaan dan banyak bermain diskon.
Hingga tutup 2013, kondisi Free Cash Flow Indosat berada dalam posisi minus yakni di Rp 675 miliar.
Kurangi Utang
Kepala Riset Recapital Securities Akhmad Nurcahyadi menyarankan Indosat harus mulai mengurangi porsi utangnya, terutama komposisi antara rupiah dan dollar AS. “Kenaikan pendapatan yang dialami itu sinyal baik, tetapi komposisi utangnya bikin sahamnya tak menarik,” katanya.
Indosat sendiri memang tengah berusaha keras menyehatkan komposisi utangnya.Pada 2014 ini total utang jatuh tempo dari Indosat sekitar Rp 6,3 triliun.
Caranya dengan memperbanyak dalam rupiah ketimbang dollar AS. Aksi lainnya adalah melepas 5% saham di PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG).
Perseroan baru memulai proses tender atau penawaran saham tersebut ke investor strategis. Terdapat dua opsi penawaran saham ini, melalui mekanisme block sales dan penjualan secara retail ke publik.
Indosat pun berencana akan menarik utang baru senilai Rp 1 triliun di kuartal kedua tahun ini. Fasilitas itu akan digunakan untuk pembiayaan kembali atau refinancing utang.
President Director & CEO Indosat Alexander Rusli menyatakan, jika perusahaan mengalami rugi di 2013 kemungkinan tak ada pembagian dividen dan di tahun ini pun tak ingin mematok pertumbuhan terlalu tinggi guna menghindari perang tarif.
“Kami tahun ini membidik pertumbuhan setara dengan industri atau lebih baik dengan EBITDA tumbuh di low mid 40%. Sedangkan belanja modal dialokasikan sekitar Rp 8 triliun –Rp 9 triliun,” katanya.
Kalau sudah begini masihkah saham Indosat dilirik investor di tahun kuda ini?(id)