JAKARTA (IndoTelko) - PT TiPhone Mobile Indonesia Tbk (TELE) adalah salah satu distributor papan atas untuk produk telekomunikasi di Indonesia.
Merujuk pada data dari Pefindo, untuk 2013 penjualan dari emiten dengan kode saham TELE ini Rp 10,48 triliun. Angka itu diatas Trikomsel yang sebesar Rp 10,36 triliun. Bisa dikatakan untuk 2013,dari sisi operasional TiPhone yang melantai ke bursa saham masih dalam hitungan tahun berada di posisi kedua, dibawah Erajaya dengan nilai penjualan Rp 12,72 triliun.
Kemilau yang diraih TiPhone tentu tak bisa dilepaskan dari sosok Tan Lie Pin yang duduk sebagai orang nomor satu di perseroan sejak Maret 2012 lalu.
Wanita yang akrab disapa Lily Salim ini berhasil membuat margin laba operasi di level kompetitif yakni 4,3% ditengah kian tertekannya keuntungan menjual satu unit ponsel seiring Average Selling Price (ASP) terus turun.
Belum lama ini nama TiPhone mencuat di kalangan analis saham karena Telkom melalui anak usahanya, PINS,ingin mencuil sebagian kepemilikan dari distributor itu.
IndoTelko berhasil mewawancarai wanita berkacamata itu terkait sejumlah isu yang beredar di seputar orbit TiPhone ketika menghadiri peluncuran konten bola dari Telkom Grup. Berikut petikannya
TiPhone benar akan melepas saham ke PINS?
Ini masih dalam penjajakan. Conditional Sales Purchase Agreement (CSPA) sudah ditandatangani. Kita maunya ini cepat tuntas, karena ada peluang bagus yang bisa dioptimalkan, terutama dalam sinergi.PINS itu mau memanfaatkan jaringan distribusi Tiphone untuk berjualan.
Berapa saham yang akan dilepas?
Masih dalam hitungan, termasuk nilainya.Sekarang masih negosiasi terus.
Kalau dihitung secara kasar, angkanya menembus Rp 1 triliun. Buat apa?
Buat investasi dong. Kita perkuat infrastruktur, seperti bangun toko dan lainnya.
Seandainya transaksi ini batal?
Semua berjalan sesuai perencanaan yang dibuat. Target-target perseroan tetap kita kejar. Tak ada yang berubah.
Pangsa pasar TiPhone di Telkomsel berapa dari rata-rata reload Rp 120 miliar per hari?
Sekitar 10%-11% dari angka itu. Ini dari sekitar 100 diler yang dimiliki Telkomsel. Kita ada kuasai sekitar 20 klaster dari sabang-Merauke.
Apa penguasaan yang lumayan besar bagi produk Telkomsel membuat harus lapor Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)?
Tidak, itu dokumen kita masukkan ke otoritas bursa saham dan lainnya. Semua dapat. Kita kalau akuisisi kompetitor kemarin juga seperti itu.
PINS memiliki merek perangkat sendiri, begitu juga TiPhone. Bagaimana nantinya?
Tidak, kita tetap pertahankan merek sendiri. Kita butuh merek TiPhone itu untuk akuisisi pelanggan agar reload pulsa tetap berjalan. Kalau bicara berjualan ponsel, sekarang margin sudah tipis , sekitar 15% atau Rp 30 ribu tiap unit. Namun, kita ingin ada keseimbangan dari produk yang dijual antara perangkat dan voucher. Itulah alasan kita pesan ke Foxconn untuk smartphone dan tablet. Soalnya, tren di masyarakat ke sana, kita mengikuti. Namanya pedagang, harus mengoptimalkan semua peluang.
Selain produk Telkomsel, andalan lain dari Tiphone?
Kartu Speedy Instant (SPIN) itu bagus penjualannya, begitu juga Speedy IndiSchool. Secara peringkat, XL penjualannya nomor dua setelah Telkomsel di TiPhone. Kami harapkan setelah XL dan Axis bergabung ada tambahan dari produk ini.
Tahun ini selain melepas sebagian saham, aksi korporasi lainnya ada yang disiapkan?
Kita berencana ekspansi ke negara lain. Tahun lalu kita ke Malaysia. Sekarang sedang dilakukan kajian ke Myanmar. Ada juga rencana membangun pabrik untuk tahap awal merakit smartphone.
Kalau akuisisi untuk pertumbuhan anorganik?
Itu rahasia perusahaan. Dibuka sekarang nanti bisa batal. Lihat saja nanti.(id)