JAKARTA (IndoTelko) – PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) berencana membayar utang jatuh temponya pada tahun ini ke perusahaan keuangan asal Singapura First Anglo Financial Pte Ltd sebesar US$ 90 juta.
Aksi korporasi pun disiapkan oleh operator yang identik dengan warna merah ini untuk refinancing. Penerbitan Obligasi Wajib Konversi (OWK) pun menjadi pilihan.
Obligasi wajib konversi atau biasa disebut Mandatory convertibles adalah obligasi jangka pendek dan biasanya memiliki imbal hasil tinggi yang wajib dikonversikan menjadi saham biasa berdasarkan harga pasaran yang berlaku pada saat konversi.
Pemilik kode saham FREN ini rencananya akan menerbitkan OWK II senilai Rp 1 triliun dengan opsi OWK Rp 8 triliun. Pada 2011, FREN telah menerbitkan OWK I senilai Rp 4,7 triliun yang diserap oleh Dian Swastatika Sentosa, Oakwell, dan Glenfield.
“Pilihan menerbitkan OWK II ini paling realistis. Soalnya ini tak menganggu fundamental keuangan. Banyak sumber pendanaan, tetapi ada resikonya. OWK II paling minim resiko,” jelas Direktur Keuangan Smartfren Anthony Susilo kala Paparan Publik di Jakarta, Jumat (6/6).
Dijelaskannya, jika perseroan memilih right issue tak bisa memenuhi aturan karena harga saham minimal harus Rp 100, sementara saham FREN diperdagangkan di bawah itu. Mengambil pinjaman ke perbankan juga bukan langkah yang bijak mengingat rasio kewajiban terhadap aset sudah dikisaran 80%.
“OWK ini paling realistis. Kita sudah tunjuk agen Sinarmas Sekuritas. Ini bisa langsung jalan karena sudah mendapat persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) tadi,” katanya.
Dikatakannya, untuk OWK II akan diterbitkan lima lembar sertifikat dimana satunya bernilai Rp 200 miliar. Sedangkan untuk opsi OWK senilai Rp 8 triliun akan diterbitkan 40 sertifikat. Bunganya 0% dengan jangka waktu 5 tahun.
“Kita prioritaskan dulu OWK II karena mau membayar utang ke First Anglo tahun ini. Setelah itu kita lihat kebutuhan modal kerja dan utang jatuh tempo 2015 ke China Development Bank senilai US$ 95 juta, baru diterbitkan opsi OWK yang Rp 8 triliun,” jelasnya.
Ditambahkannya, konsekuensi jika OWK senilai Rp 9 triliun ini diserap semua oleh investor, maka setara menguasai 57% saham FREN.”Itu kalau diserap semua. Kita optimistis OWK II akan diserap. Calon investornya kita serahkan ke agen. Pastinya bukan yang terafiliasi,” tegasnya.
Smartfren sendiri tengah berjuang menuju kinerja positif pada tahun ini melalui aksi menggelontorkan pasar dengan produk bundling Andromax yang memiliki kekuatan di layanan data.(id)