Belajar dari Alibaba

Ilustrasi (Dok)

Tuntutlah ilmu sampai ke Tiongkok. Pepatah ini rasanya tepat sekali dijalankan jika melihat sepak terjang perusahaan internet Alibaba yang mampu mencetak sejarah setelah melakukan penawaran umum perdana (IPO) di New York Stock Exchange (NYSE).

Dilansir Huffington Post, saham perdana Alibaba ditawarkan pada US$92,70 per saham. Perusahaan e-commerce terbesar di Tiongkok tersebut bernilai sekitar US$228 juta atau lebih besar dari nilai Facebook.

Harga saham itu melesat dari penawaran US$ 68 per lembar.  Harga saham sempat melesat ke titik tertinggi di US$ 99,7 per lembar sebelum akhirnya ditutup di US$ 93,89 per lembar.

Sebanyak 271 juta lembar saham Alibaba diperdagangkan, lebih tinggi dari jumlah saham beredar Twitter saat IPO,tapi masih kalah dari General Motors Co dan Facebook Inc.

Emiten dengan kode saham BABA ini  tak puas hanya berhasil meraih dana segar. Rencananya, Alibaba akan menembus pasar Eropa dan Amerika Serikat.

Suksesnya IPO dari Alibaba menjadikan sang pemiliknya, Jack Ma, menjadi orang terkaya di Tiongkok. Jumlah tersebut belum termasuk US$867 juta yang dia dapatkan dari IPO Alibaba.

Padahal, mantan guru bahasa Inggris ini dua kali gagal dalam ujian masuk universitas. Alibaba didirikan di kamar tidur pada tahun 1999. Dia menggunakan Internet untuk mengubah Tiongkok dan membantu usaha kecil di negeri ini terhubung dengan pasar luar negeri.

Saat ini pendapatan Alibaba sekitar US$ 2,15 miliar dengan laba operasi US$ 1,1 miliar dan menguasai 90% transaksi e-commerce di  Tiongkok melalui anak usahanya, Taobao.

Pelajaran yang bisa dipetik dari Alibaba dan Jack Ma adalah bisnis kreatif berbasis digital bisa diandalkan untuk mendorong perekonomian.

Ditambah dukungan yang kuat dari pemerintah, jangan heran ada perusahaan yang bisa menaklukan pusat internet dunia, yakni Amerika Serikat. Bagaimana dengan Indonesia?

@IndoTelko