JAKARTA (IndoTelko) – Lembaga pemeringkat Fitch Ratings memprediksi kinerja operator di Indonesia pada 2015 akan melambat dimana pendapatan hanya tumbuh single digit sementara margin keuntungan mengalami penurunan.
Director Fitch Ratings Nitin Soni dalam rilisnya memprediksi pendapatan operator di Indonesia pada 2015 tumbuh didorong naiknya penggunaan smartphone dan tarif data yang terjangkau.
Sementara Free cash flow (FCF) dalam posisi minimal atau negatif karena tingginya belanja modal mengembangkan jaringan 3G atau 4G, sementara pasokan uang tunai dari operasional melambat karena margin kian tipis.
Marjin keuntungan operator di Indonesia pada 2015 diperkirakan akan turun karena kompetisi, tingginya biaya pemasaran serta pegeseran konsumsi yang banyak ke data dari suara atau SMS.
Sementara bagi operator lapis kedua di Indonesia pilihan yang tersedia adalah tetap di industri dengan melakukan merger atau keluar. “Merger sepertinya akan menjadi pilihan bagi operator yang berada dalam kerugian untuk memperkuat posisinya di pasar dan memaksimalkan investasi yang ada,” katanya.
Sebelumnya, jika melihat kinerja tiga operator besar sepanjang sembilan bulan pertama 2014 Margin laba sebelum biaya bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) terus mengalami penurunan.
PT XL Axiata Tbk (EXCL) mengalami penurunan margin terbesar, yakni 400 basis poin menjadi 36%. Sedangkan PT Indosat Tbk (ISAT) dan PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) mencatat penurunan margin EBITDA masing-masing 190 basis poin dan 23 basis poin menjadi 42,9% dan 55,4%.
XL mencatat EBITDA Rp 6,3 triliun, turun 100 basis poin dari periode sama tahun lalu yang Rp 6,4 triliun. Sehingga margin EBITDA turun 400 basis poin menjadi 36%. Indosat mengalami penurunan EBITDA sebesar 4,6% menjadi Rp 7,6 triliun secara tahunan. Telkomsel mencatat EBITDA naik 5,6% menjadi Rp 26,8 triliun.
Para analis berpendapat penurunan margin EBITDA operator seluler besar dikarenakan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Ini menyebabkan sektor telekomunikasi menjadi sektor yang memiliki depresiasi paling besar.
Pelemahan rupiah berdampak pada beban bunga, karena rata-rata operator besar memiliki utang dalam mata uang dolar. Selain itu, biaya atau belanja operator telekomunikasi digunakan untuk ekspansi jaringan juga dibeli dalam dollar AS.
Pada tahun ini diperkirakan pertumbuhan pelanggan telekomunikasi seluler di Indonesia tidak akan lebih dari 5% pada 2014.Jumlah pelanggan seluler saat ini tercatat 270 juta pengguna, lebih besar dari populasi Indonesia yang berkisar 250 juta jiwa.(id)