JAKARTA (IndoTelko) - Operator Tier-1 di Indonesia menjadi andalan pasokan pendapatan bagi PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) sepanjang 2014.
Operator Tier-1 adalah pemain papan atas yang terdiri atas Telkomsel, Indosat, dan XL dimana ketiganya menguasai 85% pangsa pasar seluler di Indonesia.
Dikutip dari laporan keuangan emiten dengan kode saham TBIG ini, sepanjang 2014 memiliki pendapatan Rp 3,306 triliun atau naik 23% dibandingkan periode 2013 sebesar Rp 2,690 triliun
Rincian pendapatan berasal dari sewa menara yang dilakukan Telkomsel sebesar Rp 1,217 triliun , Indosat (Rp 733,7 miliar), dan XL (Rp 467,8 miliar).
Tower Bersama juga mendapat pasokan pendapatan dari operator Tier-2 atau lapis kedua seperti Tri Indonesia sebesar Rp 334,9 miliar, Telkom Flexi (Rp 259,6 miliar), Bakrie Telecom (Rp 101,2 miliar), Smartfren (Rp 82,13 miliar), dan Axis ( Rp 35,4 miliar).
Tower Bersama sepanjang 2014 memiliki keuntungan Rp 1,372 triliun atau naik 1,55% dibandingkan 2013 sebesar Rp 1,351 triliun. Sementara Earning Before Interest Tax Depreciation and Amortization (EBITDA) di 2014 sekitar Rp2,717 triliun atau naik 23% dibandingkan 2013 sebesar Rp 2,21 triliun.
Marjin EBITDA Perseroan juga meningkat menjadi 82,2% pada akhir 2014 dibandingkan dengan 82% pada akhir 2013.
Per 31 Desember 2014, total pinjaman Perseroan, jika bagian pinjaman dalam Dollar Amerika yang telah dilindung nilai diukur dengan menggunakan kurs lindung nilainya, adalah sebesar Rp14.835 triliun dan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp11.522 triliun.
Dengan saldo kas yang mencapai Rp901 miliar, maka total pinjaman bersih (net debt) menjadi Rp13.934 triliun dan total pinjaman senior bersih (net senior debt) Perseroan menjadi Rp10.621 triliun.
Rasio pinjaman senior bersih (net senior debt) terhadap EBITDA triwulan keempat yang disetahunkan adalah 3,69x, dan rasio pinjaman bersih (net debt) terhadap EBITDA triwulan keempat yang disetahunkan adalah 4,84x. Ini berarti TBIG masih mempunyai ruang untuk pendanaan lebih lanjut berdasarkan rasio yang disyaratkan dalam perjanjian pinjaman perseroan serta obligasi bedenominasi Dollar Amerika dan Rupiah.
Per 31 Desember 2014, TBIG memiliki 19.076 penyewaan dan 11.820 site telekomunikasi. Site telekomunikasi milik Perseroan terdiri dari 10.825 menara telekomunikasi, 941 shelter-only, dan 54 jaringan DAS. Dengan total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 18.081, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) Perseroan menjadi 1,67.
“Di tahun 2014, kami berhasil menambahkan 1.959 menara telekomunikasi secara organik ke dalam portofolio kami. Kami terus mendapatkan dukungan dari para kreditur seperti bank dan pemegang obligasi dalam menumbuhkan bisnis kami,” kata CEO Tower Bersama Hardi Wijaya Liong.
Share Swap
Tower Bersama pada tanggal 27 Februari 2015 menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) dimana menyetujui Rencana Penerbitan Saham Baru sehubungan dengan Transaksi Penukaran Saham (Share Swap) dengan Telkom
Pada Oktober 2014, Perseroan menandatangani perjanjian dengan Telkom dimana Telkom akan mendapatkan saham baru TBIG yang akan ditukarkan dengan saham Telkom di PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel).
RUPSLB telah menyetujui rencana penerbitan saham baru Perseroan tanpa hak memesan efek terlebih dahulu sejumlah maksimal 479.652.619 saham baru atau 10% dari modal ditempatkan dan disetor penuh.
Selain itu, pemegang saham telah memberikan persetujuan untuk mengalihkan 53.294.736 saham treasuri pada harga menurut ketentuan yang berlaku. Selain kepemilikan saham di TBIG, Telkom akan menerima tambahan pembayaran kas sampai maksimum sebesar Rp 1.739 miliar apabila Mitratel dapat mencapai target pencapaian tertentu yang telah disetujui. Dewan Komisaris dan Dewan Direksi Perseroan diizinkan untuk mengesahkan perubahan saham ditempatkan dan disetor penuh.
Anggaran dasar Perseroan juga akan diubah sehubungan dengan penerbitan saham baru tanpa hak memesan efek terlebih dahulu yang akan meningkatkan modal ditempatkan dan disetor penuh.
“Persetujuan untuk penerbitan saham baru dan pengalihan saham treasuri dilakukan untuk penyelesaian transaksi Mitratel. Apabila Telkom melaksanakan opsi untuk mengijinkan TBIG memiliki 100% kepemilikan di Mitratel, Telkom akan memiliki sekitar 13,7% modal ditempatkan dan disetor penuh Perseroan,” jelas CFO Tower Bersama Helmy Yusman Santoso.(id)