JAKARTA (IndoTelko) – Pasar saham tak sabar menanti nasib transaksi tukar guling saham (share swap) antara PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dengan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) yang akan memasuki batas akhir tenggat waktu perjanjian pada Juni nanti untuk monetisasi PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel).
“Semua mata memang tengah menanti nasib dari transaksi itu,” ungkap Analis dari Mandiri Sekuritas Ariyanto Kurniawan dalam kajian terbarunya, Selasa (26/5).
Menurutnya, investor terus memonitor transaksi tersebut karena memberikan dampak positif bagi kedua korporasi.
“Kami meyakini jika transaksi itu berjalan akan memastikan Tower Bersama mendominasi bisnis menara karena Telkom membangun lebih dari 50% menara baru di Indonesia. Tower Bersama juga punya keunggulan basis pelanggannya yang terdiversifikasi dengan porsi tiga operator telekomunikasi mencapai 84% dari total pendapatan,” ulasnya.
Dalam kajiannya, kinerja dari Tower Bersama di kuartal I 2015 masih berjalan sesuai dengan prediksi yang dirancang. EBITDA dari Tower Bersama pada kuartal I/2015 dibukukan Rp703 miliar karena adanya penundaan transaksi dari Mitratel .
“Tanpa adanya kontribusi dari transaksi Mitratel, kami memprediksi porsi realisasi EBITDA perseroan berporsi 23% dari prediksi tahunan kami, sehingga masih sejalan dengan prediksi,” katanya. (Baca juga: Kinerja Tower Bersama Q1-15)
Dikatakannya, pendapatan Tower Bersama turun 5% per kuartal menjadi Rp875 miliar karena ada keputusan untuk menghilangkan pendapatan dari PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) sedangkan beban pendapatan juga turun 22% (QoQ) karena ada perjanjian baru untuk mengalihkan (pass-through) beban listrik ke pelanggan.
Alhasil, margin EBITDA naik menjadi 85% pada kuartal I/2015 dari 82% pada kuartal IV/2014. Per Maret 2015, TBIG memiliki 17.800 penyewa dan 10.900 menara telekomunikasi dengan rasio menara bersama (co-location) 1,63x.
Dalam catatan, berdasarkan kajian sejumlah analis jika Mitratel dikembangkan sendiri oleh Telkom tak memberikan profitabilitas maksimal dengan tenancy ratio yang rendah dibandingkan pemain menara sejenis yang ada di bursa saham.
Seandainya dipilih aksi IPO hanya bisa menghasilkan nilai Rp 5,5 triliun –Rp 5,9 triliun sedangkan jika back door listing dengan Tower Bersama bisa menghasilkan nilai Rp 11,4 triliun diluar beberapa keuntungan
Dalam transaksi ini, Telkom akan melepas sahamnya di Mitratel secara bertahap kepada Tower Bersama dengan cara share-swap. Tower Bersama akan menguasai 100% saham Mitratel dengan kompensasi Telkom memiliki 13.7% saham TBIG. Secara bertahap, Telkom bisa menambah sahamnya dengan beberapa syarat. Proses transaksi ini telah bergulir sejak 2014. (Baca juga: Saham Telkom meriang)
Dalam Paparan Publik beberapa waktu lalu, Direktur Keuangan Telkom Heri Sunaryadi menegaskan perseroan menghormati perjanjian yang dibuat dengan Tower Bersama. (Baca juga: Telkom buka-bukaan soal Mitratel)
“Kita sudah ada perjanjian dengan Tower Bersama. Pada waktunya kita akan sampaikan ke dewan komisaris untuk meminta persetujuan dari transaksi ini. Pada prinsipnya, direksi menghormati aturan yang ada dan akan meminta konfirmasi kemanapun sesuai aturan,” tegasnya.(id)