JAKARTA (IndoTelko) – Rencana Indosat dan XL yang akan bermain lebih serius di pasar Fiber To The Home (FTTH) dengan ikut membidik sebagian saham Link Net yang akan dilepas First Media ditanggapi santai oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).
“Saya dengar isu itu. Tenang saja. Di bisnis itu, yang pertama selalu menjadi pemenang. Kami punya keunggulan sebagai yang pertama di bisnis ini, kita lebih cepat melangkah,” tegas Direktur Consumer Telkom Dian Rachmawan usai mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR, pekan lalu.
Dikatakannya, Telkom dalam bermain FTTH mengandalkan layanan IndiHome. IndiHome merupakan layanan telepon, internet dan TV interaktif dalam satu paket dengan harga yang lebih hemat yang telah menjangkau 160 kota di Indonesia, yakni 60 kota besar dan 100 kota lainnya.
Ada juga layanan IndiHome Fiber yang menggunakan infrastruktur fiber optik 100%. “Tahun 2020, semua line di rumah pelanggan akan dilayani serat optik. Sekarang kita ada sekitar 7 juta home passed dimana porsi menggunakan tembaga ada 50:50, pekerjaan migrasi berjalan terus," pungkasnya.
Sekadar diketahui, Telkom baru saja melepas “Obligasi Berkelanjutan I Telkom Tahap I Tahun 2015” dengan jumlah pokok sebesar Rp7 triliun. (Baca juga: Pembagunan jaringan IndiHome)
Sekitar 86,80% dari dana tersebut akan digunakan untuk pengembangan usaha yang terdiri dari Broadband berupa peningkatan penetrasi bisnis tripleplay dengan menggelar perangkat fiber (fiberize) di sejumlah broadband city serta sinergi antara jaringan 3G/4G dengan WiFi untuk peningkatan kualitas layanan kepada seluruh pelanggan mobile.
Backbone berupa pembangunan jaringan backbone baik untuk internal maupun untuk Other Line Operator (OLO) dengan menggelar program OneNetwork dan implementasi jaringan high speed di kawasan Indonesia Timur dengan menggunakan kabel laut (SMPCS), Metro & RMJ berupa peningkatan kapasitas jaringan metro existing yang berada di regional kawasan.
Pengembangan IT APP & Support melalui pengembangan dan akuisisi IT Application khususnya new Operation Support System (OSS) dan Customer Relationship Management (CRM).
Sisanya, sekitar 13,2% akan digunakan untuk mengakuisisi beberapa perusahaan untuk mendukung pengembangan bisnis group Perseroan, baik yang dilakukan dalam lingkup domestik maupun internasional.
Sebelumnya, President Director & CEO Indosat Alexander Rusli mengaku tertarik mengakuisisi sebagian saham Link Net untuk menunjang non organic growth dari layanan FTTH yang dijalankan anak usaha Indosat Mega Media (IM2).
Indosat juga punya anak usaha lainnya, Lintasarta yang bermain di serat optik. Tahun ini ekspansi serat optik Lintasarta di 200 kota, dari 500 kota di Indonesia.
Rencananya, anak usaha Ooredoo ini akan mengikuti due dilligence usai Lebaran nanti untuk mengetahui harga yang pantas bagi sebagian saham dari Link Net tersebut. (Baca juga: Alasan Indosat Minati Link Net)
Indonesia termasuk salah satu negara dengan kecepatan akses internet yang paling lambat di dunia. Berdasarkan data dari netindex, Indonesia masih berada di urutan ke-142 household download index
Belum lagi, biaya langganan per Mbps per bulan di Indonesia juga dianggap masih mahal yakni US$ 17,27 atau tiga kali lipat lebih mahal dari nilai tengah global yang mencapai US$ 5,46.
Ini menjadikan peluang pertumbuhan Fixed Broadband di Indonesia masih besar. Bila dilihat ada 60 juta jumlah rumah tangga di Indonesia, tingkat penetrasi layanan ini baru mencapai 5% atau tingkat penetrasi sebesar 13% dari jumlah rumah tangga yang di dalamnya terdapat pengguna internet.(id)