JAKARTA (IndoTelko) - PT First Media Tbk (KBLV) mengalami kerugian sebesar Rp 632,416 miliar sepanjang semester pertama 2015 berbanding terbalik dengan periode sama tahun lalu yang masih menikmati keuntungan Rp 107,132 miliar.
Dikutip dari keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), selama semester I 2015 perseroan hanya mencatat pendapatan Rp 475,102 miliar melorot dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 1,173 triliun.
Emiten dengan kode saham KBLV ini juga mengalami kerugian usaha di semester pertama 2015 sebesar 838,961 miliar berbanding terbalik dengan periode sama 2014 yang menikmati laba usaha Rp 271,745 miliar.
Salah satu pemasok pendapatan First Media di semester pertama 2015 adlaah sebagai penyedia jasa internet sebesar Rp 342,267 miliar.
Di bulan Juni 2015, Perusahaan mendapatkan fasilitas pembayaran jangka panjang dari PT Huawei Tech Investment sebesar US$ 451,167.09 dan US$ 3,103,418.43 dengan periode pembayaran 3 tahun. Perusahaan telah mengeluarkan Promissory Notes sejumlah tersebut
Kinerja LINK
Sementara itu, kinerja dari perusahaan terafiliasinya, PT Link Net Tbk (LINK) berhasil meningkatkan pendapatan sebesar 22% menjadi Rp1,238 triliun dibandingkan periode semester pertama tahun sebelumnya sebesar Rp 1,016 triliun.
Pasokan pendapatan berasal dari langganan internet Rp 710,56 miliar, TV kabel (Rp 446,99 miliar), dan iklan Rp 49,48 miliar.
Perseroan berhasil menambah 121.363 homes passed pada semester pertama 2015. Perseroan juga mencatat perluasan dalam jumlah pelanggan (RGU) broadband dan televisi berbayar yang masing-masing mencatat menjadi 420.687 dan 392.850.
Laba usaha semester pertama 2015 meningkat 20% menjadi Rp478 miliar dan laba bersih meningkat 13% mencapai Rp314 miiar.
Pada 30 Juni 2015, Link net mengumumkan transaksi akuisisi 51% saham FMTV dengan jumlah Rp10 miliar. Akuisisi ini sejalan dengan strategi perseroan untuk meningkatkan nilai pemegang saham melalui kerjasama yang lebih baik dalam layanan televisi berbayar. (Baca juga: Operator seluler minati Link Net)
Link Net juga tengah dibidik sejumlah perusahaan untuk diakuisisi dan tengah dalam tahap due dilligence.(ak)