JAKARTA (IndoTelko) – Terus terpukulnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diprediksi akan mempengaruhi fundamental dari keuangan operator di Indonesia khususnya pemain seperti Telkom, Indosat, dan XL.
Kajian yang dilakukan Fitch Ratings pada Juli 2015 dengan melakukan simulasi depresiasi rupiah sebesar 15%-30% terhadap dollar AS memberikan dampak terhadap arus kas, leverage, dan EBITDAR dari 19 perusahaan di Indonesia.
Dalam kajian tersebut, operator di Indonesia diperkirakan free cash-flow generation (FCF) di 2015 ini akan sedikit terganggu karena naiknya beban dan belanja modal karena fluktuasi kurs.
Di kajian tersebut diperkirakan Indosat paling terpengaruh dengan turunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS karena sekitar 46% dari total utang Rp 25,5 triliun dalam dollar AS.
Indosat juga memiliki kontrak sewa menara sekitar US$ 40 juta –US$ 45 juta yang didominasi dollar AS dimana bisa mempengaruhi EBITDAR. Diperkirakan jika rupiah terdepresiasi 15% akan menambah leverage Indosat sekitar 0.3x.
Aksi Indosat melakukan lindung nilai terhadap 56% dari nilai kontrak dianggap bisa meminimalisir dampak lebih lanjut, apalagi ada rencana untuk refinancing utang yang tengah berjalan.
XL Axiata juga yang terpukul karena rupiah yang tak perkasa terhadap dollar AS di 2015 karena 62% dari total utang Rp31,7 triliun dalam dollar AS. XL telah melakukan lindung nilai terhadap dua pertiga utangnya dan berusaha mengurangi utang dari dana penjualan 3.500 menara sebesar Rp 5,6 triliun ke Solusi Tunas Pratama tahun lalu.
Dalam kajian yang dilakukan Fitch terlihat hanya PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) yang selamat dari depresiasi rupiah karena hanya memiliki utang dalam dollar AS sebesar US$ 195 juta atau sekitar 14% dari total utang. Telkom juga memiliki uang kas dalam dollar AS yang lumayan banyak untuk melakukan lindung nilai.
Merugi
Secara terpisah, President Director & CEO Indosat Alexander Rusli mengakui jika rupiah terus terdepresiasi, anak usaha Ooredoo ini akan merugi di akhir 2015.
“Dampak dari depresiasi rupiah ini ke pendapatan tidak besar, tetapi ke bottom line. Jika lihat posisi dolar AS saat ini mungkin sampai akhir tahun Indosat akan rugi lagi,” keluhnya.
Ditambahkannya, dampak lain adalah ke belanja modal dimana secara nominal berpotensi bertambah. “Kami belum tahu berapa total belanja modal yang dikeluarkan. Guidance-nya belanja modal per tahun Rp7 triliun-Rp 8 triliun,”ulasnya.
Presiden Direktur XL Axiata Dian Siswarini mengaku belanja modal dari perusahaan tak berubah walau rupiah terdepresiasi.
“Belanja modal sudah disiapkan sejak lama dan sebagian sudah terserap. Dampaknya ke biaya operasional. Kita sedikit ikat pinggang,” jelasnya. (Baca juga: XL akan restrukturisasi utang)
Ditambahkannya, perseroan juga tengah menyiapkan sejumlah aksi korporasi untuk mengurangi dampak fluktuasi kurs. “Nanti diumumkan aksinya, enam bulan ke depan kita tengah rancang yang akan dilakukan,” pungkasnya.(dn)