JAKARTA (IndoTelko) – Layanan Online Travel Agent (OTA) milik PT Global Tiket Network, Tiket.com, memasuki usia empat tahun pada Agustus 2015.
Tiket.com didirikan oleh 4 anak muda yang sama-sama memiliki mimpi membangun sebuah bisnis penjualan tiket. Bermodalkan kemampuan memahami teknologi informasi, Gaery Undarsa, Natali Ardianto, Wenas Agus Setiawan, dan Dimas Surya Yaputra sepakat menggagas sebuah sistem untuk berjualan tiket secara on line.
Cerita empat tahun lalu kini berbuah manis. Tiket.com ini telah mampu mengembangkan penjulaan tiket secara on line untuk jenis penjualan Tiket Pesawat, Hotel, Kereta Api, Car Rental, dan Event, dan /Atraksi dengan lebih dari 10.000 booking tiket per hari. Pada tahun kedua, Tiket.com telah berhasil menjadi perusahaan yangprofitabled an telah menghasilkan transaksi mencapai 1,9 juta tiket di akhir tahun 2014.
Saat ini Tiket.com sudah berpartner dengan 14 airlines besar domestik dan regional dan memiliki lebih dari 180.000 jaringan hotel lokal dan internasional. Selama 4 tahun saat ini Tiket.com telah memiliki pertumbuhan data server sebesar 4000 GigaBytes dengan 250 karyawan guna mendukung operasional.
IndoTelko mendapat kesempatan berbincang santai dengan Gaery Undarsa menjelang peringatan HUT ke-4 Tiket.com beberapa waktu lalu.
Lulusan dari Jurusan Sains Komputasi & Bisnis Simon Fraser University, Burnaby, BC, Kanada ini, mengawali karier profesionalnya di Divisi E-Commerce HSBC Kanada. Pria ini juga sempat berkarier di IBM Kanada, dan Pacific Development Center, Vancouver.
Berikut kutipan wawancara dengan penikmat olahraga tenis dan otomotif ini:
Bisa cerita perjalanan Tiket.com setelah empat tahun ini?
Sepanjang empat tahun ini Tiket.com memiliki banyak perkembangan. Kita bicara tahun lalu saja, kami melayani sekitar 1,9 juta transaksi dan tahun ini ingin naik tiga kali lipat atau mencapai sekitar 6 juta transaksi.
Tahun ini kami ingin mulai fokus dengan pelanggan dan pelayanan, itulah alasan dikeluarkannya Tix Card dengan menggandeng Bank BCA yang memiliki kartu prabayar Flazz. Melalui program ini konsumen bisa mendapatkan fasilitas eksklusif dan discount di merchant-merchant yang bekerjasama dengan Tiket.com baik itu airport lounge, restaurant, tempat hiburan, hingga potongan biaya parkir.
Anda menetapkan pertumbuhan tiga kali lipat di kondisi ekonomi seperti sekarang?
Hingga semester I 2015 realisasi dari target sudah mendekati 50%, nanti pergerakan akan kencang di semester II ini. Kami ini dalam masa pertumbuhan, dibandingkan dengan tahun lalu pasti tumbuh, per bulan saja tumbuh terus. Satu lagi, banyak orang mengira bisnis travel kaitannya dengan perjalanan ke luar negeri, padahal kita melayani 90% rute domestik.
Kalau penerbangan internasional memang kena dampak. Kontributor penjualan di Tiket.com itu tiket pesawat, kereta api, dan hotel. Kita belum tambah produk, misal kapal laut, walau ada keinginan ke arah itu, tetapi menunggu timing yang tepat.
Rupiah terdepresiasi tak ada masalah?
Saya aman dari depresiasi, soalnya pembayaran menggunakan dollar AS sedikit. Pembayaran dollar AS itu ke maskapai asing, tetapi ini bisa diatur. Kita bisa hedging, disimpan dulu, dan lainnya. Ini bukan masalah besar, tergantung posisi kita di pasar.
Adakah kendala yang dihadapi untuk ekspansi?
Kita banyak kendala ekspansi ke daerah. Pemahaman di daerah terhadap bisnis ini tak sebaik di Jakarta, terutama masalah awreness. Kalau masalah infrastruktur itu relatif. Kami sekarang ada Hub di Jakarta, Bali, dan Yogyakarta.
Bagaimana dengan rencana akan keluarnya regulasi lebih ketat untuk eCommerce?
Secara keseluruhan posisi kami terhadap rancangan regulasi eCommerce sama dengan idEA. Saya hanya mau informasikan kalau di travel itu regulasi sudah ketat.
Di pariwisata itu tak boleh ada kepemilikan asing. Kita tak bisa partner dengan sembarangan pihak. Kita mitranya penerbangan, kereta api, atau hotel yang masing-masing sudah memiliki regulatory yang kuat. Karena itu saya selalu bilang, OTA ini bukan bisnis yang aneh-aneh kok.
Bagaimanan mengelola bisnis agar menguntungkan?
Kami secara bisnis memiliki fundamental yang berbeda dengan pesaing. Kalau mereka untuk satu rupiah yang didapat membakar lima rupiah. Kami tak mau seperti itu, prinisip-prinsip dasar manajemen kita terapkan. Soalnya ini bukan bisnis mimpi, bisa jadi keuntungan kok. Kita jaga profitabilitas. Kalau di bulan-bulan tertentu kami sudah untung secara operasional.
Anda tak mengejar Gross Margin Value (GMV)?
Tentu. Kami kejar trafik, tetapi semua terukur. Saya tak mau fokus mengejar GMV tetapi malah merugi. Kejadian sekarang kan banyak seperti itu. mereka mengejar GMV, kena fluktuasi dollar AS seperti sekarang, malah bisa tutup. Soalnya, dana dan obligasi yang harus dipenuhi kan semua dalam dollar AS.
Saya tadi sudah bilang, ini bukan bisnis yang aneh-aneh, kita pindahkan proses offline ke online. Kita jaga biaya dan belanja modal, serta kelola sumber daya manusia, profitabilitas dapat.
Kemana biaya paling besar dikeluarkan?
Sudah pasti untuk pemasaran. Tetapi kami tidak mau head to head dengan pesaing. Misal, kita main di TV, pesaing masuk, kami pilih cari media alternatif, misal pasang di Bus Damri atau media digital.
Anda terus bilang menjaga profitabilitas, salah satu strateginya?
Sebenarnya harga tiket yang diberikan mitra itu sama. Nah, kalau di Tiket.com, harga dari maskapai itu kita berikan semua ke pelanggan. Kita ambil untung dari insentif key performance indicator (KPI) yang ditetapkan maskapai. Tetapi, ada pemain sudah melepas yang diberikan maskapai, insentif juga dilepas ke pelanggan. Kalau begitu, minus dong.
Kapan Tiket.com bisa BEP?
Kalau mau titik impas atau BEP, tiga bulan mendatang bisa saya capai. Tetapi untuk apa? Kami ini dalam tahap pertumbuhan, lebih baik saya genjot terus pertumbuhan, baru di BEP-kan. Tetapi rasanya tahun kelima nanti kita sudah bisa BEP.
Ada mimpi ke Bursa Saham?
Mimpi untuk Initial Public Offering (IPO) tentu ada.
Ada Investor mau masuk?
Wah, saya tiap hari melayani investor bertanya yang mau masuk. Sejauh ini kami pakai modal sendiri. Selain itu, kami ini sudah dapat fasilitas pinjaman dari salah satu bank, artinya kita bankable, buat apa cari seeding lagi?
Bukankah salah satu ukuran suksesnya Startup itu ada investor masuk?
Wah, kalau sekarang saya belum butuh. Malah nanti jadi masalah jika kita ambil seeding, soalnya itu seperti candu. Sekali diambil, terus-terusan diambil. Bisa habis atau kolaps nanti. Kasihan dong karyawan Tiket.com.(dn)