JAKARTA (IndoTelko) – Dalam laporan terbaru Akamai’s State of the Internet Report untuk kuartal kedua tahun 2015 disebutkan koneksi internet Indonesia masih di jauh di bawah rata-rata global.
Jika rata-rata global kecepatan akses internet di periode tersbeut 5,1 Mbps, Indonesia hanya separuhnya saja yakni 2,4 Mbps.
Kualitas koneksi internet Indonesia terlihat menyedihkan karena berada di posisi buncit dibanding 15 negara Asia Pasifik lainnya. Kita masih tertinggal dengan negara berkembang seperti Vietnam, Filipina, dan Sri Lanka.
Jika delapan negara yang disurvei mengalami pertumbuhan triwulanan mencapai dua digit, Indonesia justru mengalami penurunan tertinggi sebesar 24%.
Akamai mengungkapkan dalam mengukur koneksi internet, pihaknya memanfaatkan beberapa potongan informasi, termasuk data registrasi netblock dan data identifikasi perangkat mobile untuk membuat penentuan.
Perusahaan teknologi asal Massachusetts, AS ini juga melaksanakan sejumlah perbaikan untuk meningkatkan akurasi identifikasi jaringan mobile, memanfaatkan data tambahan yang dikumpulkan dari Akamai Intelligent Platform, serta informasi dari penyedia jaringan seluler sendiri.
Hasil survei ini seperti menasbihkan Indonesia semakin kokoh menjadi negara mobile broadband. Lantas bagaimana nasib layanan Fixed Broadband?
“Bicara broadband itu harusnya Fixed Broadband alias last mile berbasis serat optik. Mobile itu hanya untuk bridging. Anda pergi ke negara-negara maju, semua Fiber To The Home (FTTH). Masyarakat mulai sadar sekarang kebutuhan FTTH, karena itu IndiHome banyak dicari di perumahan,” ungkap Direktur Consumer Telkom Dian Rachmawan kepada IndoTelko, Rabu (30/9).
Dijelaskannya, IndiHome masuk ke pasar fixed broadband dengan layanan triple play yang menawarkan akses Internet, Internet Protocol TV (IPTV), dan telepon rumah.
Kekuatan dari IndiHome pada infrastruktur Fiber To The Home (FTTH) yang mampu menawarkan kecepatan akses internet hingga 100 Mbps. Selain itu juga ada konten UseeTV yang sudah didukung gambar High Definition (HD), dan gratis telepon 1000 menit jangkauan lokal atau interlokal.
“Kompetitor kami beroperasi sejak 2008, pelangganya sekitar 800 ribu, terdiri atas 400 ribu TV kabel dan 400 ribu internet. Anda bandingkan dengan IndiHome yang digeber 9 bulan belakangan ini, kami sudah ada 600 ribu pelanggan triple play. Ini setara dengan 1,2 juta pelanggan dari kompetitor,” ulasnya.
Menurutnya, dari data statistik tersebut terlihat di Indonesia mulai terjadi kebangkitan layanan fixed broadband dan tengah menuju new golden era.
“Pasarnya besar, masih kurang 10% rumah tangga yang connected, ada permintaan yang tinggi belum terlayani. Saya yakin jika semua rencana terealisasi untuk mengembangkan IndiHome, produk ini akan menjadi salah satu backbone pendapatan bagi Telkom,” tegasnya.
Sebelumnya, riset yang dilakukan oleh IBM dalam publikasi berjudul “Telco 2015: five telling years, four future scenarios” mengungkap fenomena yang menarik. (Baca juga: Telkom andalkan IndiHome)
Saat ditanyakan apabila krisis ekonomi berlanjut, mana yang akan dikorbankan responden, maka empat jawaban teratas yang paling tidak ingin dilepas oleh responden adalah rumah, mobile phone, akses internet broadband dan sambungan telepon rumah berada pada empat teratas.
Jawaban ini menunjukkan bahwa akses internet broadband telah menjadi kebutuhan esensial.(id)