Viva Menderita Kerugian Rp 263,9 miliar

Ilustrasi (dok)

JAKARTA (IndoTelko) – PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) menderita kerugian mencapai Rp 263,9 miliar di semester I 2015 berbanding terbalik dengan periode sama tahun lalu dimana masih bisa mencicipi keuntungan Rp 71,8 miliar.

Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS membuat perusahaan media ini mengalami rugi selisih kurs hingga Rp 112 miliar. Padahal di periode yang sama tahun lalu, VIVA masih mencetak laba kurs Rp 4,8 miliar. Belum lagi, adanya beban bunga dan keuangan yang mencapai Rp 284 miliar.

Direktur Utama Viva Anindya N Bakrie mengungkapkan dari sisi operasional perseroan masih mencetak pendapatan sebesar Rp 1,09 triliun pada semester I 2015 atau naik tipis 3,7% dibandingkan Semester I tahun lalu yang sebesar Rp 1,05 triliun.

Pertumbuhan pendapatan VIVA masih didorong dari pendapatan anak usahanya PT Intermedia Capital Tbk (MDIA) yang membawahi stasiun televisi ANTV.

ANTV membukukan pertumbuhan pendapatan 27,1% year on year (yoy) menjadi Rp 742 miliar. Pertumbuhan ini berada di atas rata-rata pertumbuhan industri yang hanya mencapai 1,9%.

Sementara, laba usahanya meningkat 25,9% dari Rp 193 miliar di Semester I 2014 menjadi Rp 244 miliar pada Semester I tahun ini. Namun dari sisi laba bersih, kinerja MDIA mengalami penurunan sebesar 13,23% menjadi Rp 139,4 miliar.

Penurunan laba bersih MDIA disebabkan adanya peningkatan beban usaha dari Rp 193 miliar menjadi Rp 244 miliar. Beban ini juga dirasakan oleh VIVA sebagai sang induk. Laba usaha VIVA hanya naik tipis dari Rp 303 miliar menjadi Rp 304,8 miliar.

Saat ini ANTV masih berfokus pada konten hiburan wanita dan anak-anak. Pangsa pasar ANTV dan TvOne terus meningkat. Salah satunya adalah program Indonesia Lawyers Club dengan share 10,6. Selain itu, siaran olahraga tinju juga cukup mendongkrak pangsa pasar perseroan.

Di tahun ini, emiten media milik grup Bakrie ini membidik pertumbuhan pendapatan sebesar 20% dibandingkan tahun 2014 lalu. Tahun lalu, VIVA membukukan pendapatan sebesar Rp 2,25 triliun.(wn)