JAKARTA (IndoTelko) – Pertarungan di bisnis seluler Indonesia kian sengit saja.
Saling salip layaknya di arena Moto GP terjadi antar operator di Indonesia. Jika belum lama ini GSMA Intelligence mengeluarkan papan klasemen pasar seluler Indonesia untuk kuartal ketiga 2015 dimana menunjukkan posisi pertama diduduki Telkomsel, diikuti Indosat, Tri Indonesia, dan XL Axiata.
Kali ini di ajang 100 Indonesia’s Most Valuable Brands 2015 yang dilansir Brand Finance, peta kompetisi berubah untuk valuasi merek.(Baca juga: Klasemen Kompetisi Seluler)
Telkomsel bisa dikatakan menjadi pemimpin merek termahal jika melihat posisi Telkom sebagai jawara menduduki nomor satu dengan brand value US$ 2,808 miliar yang mengantongi rating AA+.
Posisi runner up untuk kategori sektor Telco di 100 Indonesia’s Most Valuable Brands 2015 bisa dikatakan diraih XL Axiata yang menggilas Indosat.
XL di 100 Indonesia’s Most Valuable Brands 2015 berada di posisi 10 naik dari posisi 12 di 2014. Brand Value dari XL untuk 2015 sebesar US$ 641 juta dengan enterprise value US$ 5,282 miliar di rating AA+
Posisi Indosat stagnan di tahun 2015 alias sama dengan 2014 yakni di nomor 11. Brand value dari anak usaha Ooredoo ini sebesar US$ 633 juta dengan enterprise value US$ 4,281 miliar di rating AA.
Operator lainnya yang tercatat di 100 Indonesia’s Most Valuable Brands 2015 adalah Smartfren. Namun, posisi emiten dengan kode saham FREN ini hanya di posisi 51 dengan brand value US$ 55 juta.
Berikutnya ada pemain internet, First Media di posisi 75 dengan brand value US$ 29 juta dan Link Net di posisi 79 dengan brand value US$ 25 juta. Kedua perusahaan ini adalah pendatang baru di daftar 100 Indonesia’s Most Valuable Brands 2015.
Sekadar diketahui, Brand Finance adalah sebuah lembaga valuasi merek independen yang berkantor pusat di London dengan metodologi yang kredibilitasnya diakui dunia, dibuktikan dengan pengakuan ISO 10668.
Untuk mendapatkan sebanyak 100 merek produk dan merek termahal di Indonesia, Brand Finance menggunakan data dari berbagai lembaga, misalnya Havas, BAV, Consulting, Alexa, Bloomberg, Melwater, V1360, CSR Hub dan Novagraaf.
Brand yang dimasukkan di dalam peringkat ini terdiri dari corporate brand dan product brand. Metodologi yang digunakan Brand Finance untuk memvaluasi sebuah brand melibatkan performansi keuangan sebagai aspek kuantitatif dan rating dari Brand Strength Index (BSI) sebagai aspek kualitatif.
Secara kuantitatif, Brand Finance menilai brand value dengan pendekatan royalty relief. Sedangkan dari sisi kualitatif, yang diukur adalah Brand Strength Index. Analisis meliputi faktor input (investasi di bidang pemasaran), brand equity (nilai goodwill) serta faktor output (dampaknya pada kinerja bisnis).
Brand Finance menilai dan melakukan pemeringkatan brand serta mengukur seberapa kuat brand tersebut.(id)