Tiga Operator Uji Coba Project Loon

Dirut Telkomsel Ririek Adriansyah (kiri) bersama Menkominfo Rudiantara (batik) di markas Google (dok, Kemenkominfo)

JAKARTA (IndoTelko) – Tiga operator besar di Indonesia telah menandatangani kesepakatan dengan Google untuk melakukan uji coba teknis (Technical Test) terhadap Project Loon.

Tiga operator yang akan terlibat adalah Telkomsel, Indosat, dan XL. Ketiganya adalah penguasa sekitar 85% pangsa pasar seluler di Tanah Air. Project Loon sendiri adalah inovasi penyediaan akses internet dengan mengandalkan penempatan balon-balon di udara yang diibaratkan seperti Base Transceiver Station (BTS).

“Benar, kita telah sigining dengan Google. Tetapi ini hanya technical test. Belum ada deal bisnis,” tegas Direktur Utama Telkomsel Ririek Adriansyah kepada IndoTelko dalam pesan singkatnya, Kamis (29/10).

Diungkapkannya, technical test akan dilakukan mulai tahun depan dan remote area akan menjadi prioritas. “Soalnya akan pakai frekuensi 900 MHz. Agak longgar di remote area,” jelasnya.

Kasubdit Teknologi dan Infrastruktur e-Business Ditjen Aptika Noor Iza yang mendampingi Menkominfo Rudiantara dalam lawatan ke Amerika Serikat mengakui tiga operator sudah menandatangani kesepakatan teknis untuk uji coba Project Loon.

“Benar, kesepakatannya sudah ditandatangani oleh ketiga Dirut operator itu,” katanya melalui aplikasi perpesanan, Kamis (29/10).

VP Loon Mike Cassidy dalam postingnya di blog resmi Google mengharapkan mulai tahun depan dengan adanya uji coba Balon internet ini bisa membantu sekitar 100 juta orang di Indonesia bisa menikmati kecepatan internet setara LTE.

Dalam catatan Mike, di Indonesia hanya satu dari tiga orang yang terkoneksi dengan internet tetapi kecepatannya sangat rendah. “Geografi Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau sangat susah menggelar serat optik. Loon akan mengatasi masalah itu. Inovasi ini seperti BTS yang tengah terbang,” jelasnya.

Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara mengungkapkan Google memang akan membawa Project Loon ke Indonesia untuk tepatnya technical test.

Sebelumnya, Direktur Innovation and Strategic Portfolio Telkom, Indra Utoyo mengingatkan, jika Google ingin masuk ke bisnis penyedia jaringan internet di Indonesia harus mengikuti aturan main yang ada yakni memiliki lisensi dan membayar sejumlah kewajiban seperti Biaya Hak Penggunaan (BHP) frekuensi. (Baca juga: Telkom dan Project Loon)

"Kalau datang dengan disruptive technology itu membahayakan industi telekomunikasi Tanah Air, karena para pemain di dalamnya sudah menganggarkan investasi hingga triliunan rupiah, dari jaringan hingga lisensinya,” katanya.

Di Australia, Google telah melakukan ujicoba Project Loon dengan merangkul operator telekomunikasi setempat, Telstra.
Cara Project Loon ini bekerja adalah dengan meluncurkan 20 balon udara di bagian barat Quennsland. Google tidak membeli atau menyewa frekuensi di Negeri Kanguru tersebut.

Dalam proyek ini, Telstra memberi izin pada Project Loon untuk mengakses jaringan BTS memanfaatkan spektrum frekuensi 2,6 GHz. Nantinya, warga akan menerima koneksi Wi-Fi di perangkat komputernya.

Balon udara yang dikembangkan Google ini masih dalam tahap pengembangan dari laboratorium Google X. Ia telah menjalankan uji coba terbang di Amerika Serikat dan Selandia Baru dalam dua tahun terakhir.

Selama melakukan uji coba sempat terjadi kecelakaan dalam uji terbang. Di Amerika Serikat, balon udara ini terbang rendah dan menghancurkan jaringan listrik dan mengganggu pasokan listrik untuk beberapa rumah di sekitar Washington.

Di Selandia Baru, balon mendarat di laut dan diidentifikasi sebagai pesawat jatuh yang memicu petugas untuk melakukan evakuasi darurat, padahal di sana tidak terdapat manusia.(dn)