JAKARTA (IndoTelko) – Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengaku memiliki jurus yang ampuh untuk meredam perang tarif di era data.
“Saya tak akan main keluar aturan seperti ada floor price. Kalau di penerbangan itu mungkin bisa dilakukan karena ada aspek keamanan. Kalau di telekomunikasi kita main diplomasi saja,” ungkap Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara dalam diskusi IndoTelko Forum, “4G, What’s Next” di Jakarta, Senin (7/12).
Diungkapkannya, cara diplomasi yang dilakukan adalah berbicara langsung dengan pemegang saham operator jika terindikasi melakukan perang tarif. “Ada yang mulai perang tarif, saya akan panggil pemegang sahamnya. Kamu disini (Indonesia), mau charity atau berbisnis. Kalau mau berbisnis, ganti itu manajemen yang perang tarif. Kalau mau charity, perbanyak saja kegiatan sosial, jangan merusak pasar,” tegasnya.
Menurutnya, jika perang tarif terjadi yang dikorbankan adalah pelanggan karena pemain sulit untuk reinvestasi. “Kita buka saja laporan keuangan operator, EBITDA yang masih 50% itu Telkom, sisanya dibawah 40%. Anda mau main tarif dengan kondisi seperti itu? Itu namanya merusak pasar dan tak mikirin pelanggan,” ketusnya.
Presiden Direktur XL Axiata Dian Siswarini mengakui, tak ada gunanya perang tarif di era data. “Kita sudah belajar banyak dari masa lalu. Sekarang masanya kita menghitung per kilo byte yang dikeluarkan agar ada margin dan bisa reinvestasi,” tegasnya.
Sebelumnya, berdasarkan estimasi yang dibuat JP Morgan, dibutuhkan waktu kurang lebih 13 tahun bagi operator untuk mencapai titik impas dari belanja modal yang dikeluarkannya bagi layanan data. (Baca juga: Tarif data di Indonesia Murah) Jika titik impas ingin dipercepat menjadi lima tahun, maka diperlukan tarif naik tiga kali lipat.(id)