JAKARTA (IndoTelko) – Lama ditunggu, akhirnya Asosiasi penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) mengelurkan persyaratan untuk pengembang aplikasi atau Over The Top (OTT) nasional yang akan dirangkul dalam rangka mendorong ekonomi digital di Indonesia.
OTT adalah pemgembang layanan dengan konten berupa data, informasi atau multimedia yang berjalan melalui jaringan internet.
“Setelah berdiskusi dengan Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), kami membuat kriteria untuk menyeleksi OTT nasional yang patut didukung. Ada tiga kriteria yang kita berikan,” ungkap Ketua Umum ATSI Alexander Rusli dalam peluncuran 4G-LTE secara nasional, kemarin.
Kriteria pertama, OTT yang akan diajak kerjasama mampu menyediakan layanan messaging dan social media yang sudah berbadan hokum dan seluruh sahamnya dimiliki oleh Indonesia, serta tidak terafiliasi operator seluler.
Kriteria kedua, memiliki setidaknya 100 ribu pelanggan namun belum mencapai 500 ribu pelanggan. Kriteria ketiga, setidaknya memiliki aplikasi pada platform sistem Android yang merupakan operating system paling banyak digunakan di Indonesia.
“Kami akan membina maksimal tiga OTT nasional di tahun 2016 melalui proses seleksi dan memenuhi kriteria seperti di atas. Kami yakin dengan pembinaan dan pengembangan yang tepat, OTT nasional bukan hanya dapat bersaing dengan pemain global, tetapi menjadi trendsetter. Mereka perlu didukung dari sisi infrasturktur dan regulasi,” paparnya.
Diungkapkannya, dukungan yang diberikan operator bagi OTT nasional yang beruntung nantinya adalah SMS blast ke pelanggan, promosi/penyebutan dalam materi operator sesuai dengan program masing-masing, dan mengadakan joint event bersama operator untuk meningkatkan jumlah pelanggannya.
Dalam peluncuran 4G secara nasional sendiri diberikan ruang bagi OTT lokal seperti Cubeacon, Qolony, Wisata Lokal, Smart School, Kuassa dan Iresto untuk pamer aplikasi.
Sekadar diketahui, langkah ATSI mendukung OTT lokal ini tak bisa dilepaskan dari dorongan Menkominfo Rudiantara sejak medio 2015 ini yang meminta ada bantuan bagi pengembang aplikasi dari operator.
Sayangnya, jika dilihat dari pengumuman terbaru ini, ternyata jumlah OTT lokal yang digandeng berkurang dari keinginan awal, yakni diatas tiga pemain. (Baca juga: Diam-diam besarkan OTT Lokal)
Tak hanya itu, ternyata di tahun ini pun belum ada diumumkan nama OTT yang akan digandeng, baru dimulai seleksi pada 2016. Artinya, secara time to market makin kedodoran membuat OTT lokal berkembang. (Baca juga: Tak ada dukungan bagi OTT Lokal)
Belum lagi, ternyata dukungan yang diberikan masih setengah hati dan lebih kepada pemasaran produk. Padahal yang dibutuhkan OTT adalah mengurangi entry barrier ke aplikasinya, seperti memudahkan single sign in atau gratis akses ke aplikasi.(id)