JAKARTA (IndoTelko) – Ernst & Young (EY) dalam laporan terbarunya tentang Indeks Financial Technology (FinTech) mengungkapkan penggunaan teknologi keuangan pada konsumen akan naik secara signifikan di tahun 2016.
Dalam situs resminya dinyatakan EY melakukan survei pada 10.131 konsumen digital di Australia, Kanada, Hong Kong, Singapura, Inggris dan Amerika Serikat. Sekitar 15,5% menyatakan menggunakan dua layanan FinTech dalam enam bulan terakhir.
Riset yang dilakukan EY mengevaluasi penggunaan 10 layanan FinTech dalam empat kategori: tabungan dan investasi, transfer uang dan pembayaran, peminjaman dan asuransi.
Sepuluh layanan meliputi: platform peer-to-peer untuk investasi; ekuitas atau imbalan crowdfunding; saran investasi online dan investasi; perencanaan keuangan online; pialang saham online atau menyebar taruhan; valuta asing secara online; pengiriman uang ke luar negeri; transfer uang non bank; meminjam menggunakan peer-to-peer platform; dan agregator premi asuransi kesehatan atau asuransi mobil menggunakan telematika.
Layanan pembayaran memiliki tingkat adopsi tertinggi di antara produk FinTech di pasar yang disurvei (17,6%). Layanan dalam kategori ini meliputi penggunaan penyedia non-bank untuk melakukan pembayaran online, valuta asing online, dan pengiriman uang ke luar negeri.
Tabungan dan investasi adalah kategori kedua yang paling sering digunakan (16,7%). Pialang saham online dan spekulasi menebar aset adalah kegiatan yang paling umum dalam kategori ini, diikuti oleh penganggaran dan perencanaan secara online; investasi online; ekuitas dan manfaat crowdfunding; dan peer-to-peer atau pinjaman pasar.
Jasa asuransi, termasuk agregator premi asuransi kesehatan dan asuransi mobil yang menggunakan telematika (7,7%), serta pinjaman secara online melalui situs peer-to-peer (5,6%) di antara layanan dengan responden yang kurang umum digunakan.
Pengadopsi awal FinTech berasal dari kalangan muda dan berpenghasilan tinggi. Responden yang berusia antara 25 dan 34 tahun yang setidaknya menggunakan dua produk FinTech dalam enam bulan terakhir (25,2%), diikuti oleh mereka yang berusia 35-44 (21,3%), dan mereka yang berusia 18 sampai 24 (17,7%) .
Penggunaan FinTech tertinggi di antara konsumen yakni yang berpendapatan lebih dari US$ 150 ribu (44,1%). Penggunaan menurun sampai 24% di antara konsumen dengan pendapatan antara US$ 70.001 dan US$ 150.000, dan 14,7% untuk konsumen dengan pendapatan antara US$ 30.001 sampai US$ 70 ribu.
Hong Kong memiliki tingkat tertinggi penggunaan FinTech dari semua pasar yang disurvei (29,1%). AS memiliki tingkat tertinggi kedua dalam adopsi (16,5%), diikuti oleh Singapura (14,7%), Inggris (14,3%), Australia (13%) dan Kanada (8,2%).
Menurut EY global FinTech Leader Imran Gulamhuseinwala penerapan produk FinTech relatif tinggi untuk sebuah sektor baru.
“Perusahaan jasa keuangan tradisional harus menilai kembali pandangannya tentang pelanggan karena hal tersebut akan berisiko terhadap kompetisi baru, dan upaya untuk memberikan pelayanan secara efektif,” katanya dalam laporan tersebut.
EY Americas FinTech Leader Matt Hatch menambahkan indeks ini menunjukkan inovasi dan perubahan di FinTech akan tetap terjadi.
“Kolaborasi dan berdampingan bersama antara pelaku pasar baru dan lama tidak akan terelakkan. Ada banyak perusahaan jasa keuangan tradisional bisa belajar dari bagaimana FinTech berpikir tentang permasalahan pelanggan dan menggunakan teknologi untuk memberikan layanan yang menarik,” katanya.(ak)