JAKARTA (IndoTelko) – Ada gula, ada semut. Ada perlawanan, ada dukungan.
Inilah suasana jagat telekomunikasi Indonesia pasca Telkom Grup melakukan aksi pemblokiran terhadap layanan video dan TV Streaming milik Netflix dari Amerika Serikat bagi seluruh pelanggannya.
“Kami blokir Netflix karena tidak memiliki ijin atau tidak sesuai aturan di Indonesia, dan banyak memuat konten yang tidak diperbolehkan di negeri ini. Kami ini Badan Usaha Milik Negara (BUMN), harus menjadi contoh dan menegakkan kedaulatan Negara Kedaulatan Republik Indonesia (NKRI) dalam berbisnis,” tegas Direktur Consumer Telkom Dian Rachmawan kepada IndoTelko, kemarin.
Apa langkah Telkom diikuti pemain lainnya? Weits, tunggu dulu. Ini Indonesia Bung! Reformasi menghasilkan demokrasi, termasuk dalam berbisnis.
Lihat saja, pemain lain ada yang mencoba mengambil keuntungan dari langkah Telkom dengan mencoba menarik pelanggan penguasa pasar itu melalui terang-terangan menyatakan akses jaringannya masih terbuka buat Netflix atau menunggu keputusan dari pemerintah terkait nasib Over The Top (OTT) ini pasca berakhirnya masa promosi pada 7 Februari mendatang.
“Kita tidak blokir Netflix. Kalau providernya masih kuat melayani permintaan bandwidth dari Netflix, tidak ada masalah bukan,” tegas VP Comercial Sales MyRepublic Syakieb Sungkar kepada IndoTelko, kemarin.
Sementara CEO First Media Richard Kartawijaya menyatakan akan mendukung keputusan pemerintah terkait Netflix. “Kalau ada instruksi tertulis pemerintah, akan kami patuhi,” katanya.
Segendang sepenarian, Presiden Direktur Biznet, Adi Kusma menyarankan seharusnya pemerintah mengambil inisiatif penyelesaian nasib Netflix. “Kalau ada perintah blokir, kita blokir. Namanya disuruh pemerintah. Kalau seperti sekarang, ada yang blokir, ada yang tidak,” katanya.
Menurutnya, kondisi yang tak pasti seperti sekarang justru merugikan pemain lokal karena untuk beroperasi sudah menghabiskan energi memenuhi administrasi dan lisensi.
“Pemain konten asing disini bebas ngapain saja. Anda tahu tidak, itu yang punya ijin Pay TV harus apply per kota, per kabupaten lho. Ini ada pemain asing, naruh server di lokal gak mau. Pajak gak bayar, lolos sensor pula,” katanya.
Kesempatan lain, General Manager Corporate Communication XL Axiata Tri Wahyuningsih mengakui menikmati kehadiran Netflix karena terjadi lonjakan akses data yang signifikan sejak OTT itu membuka aksesnya untuk wilayah Indonesia.
Rata-rata tiap pelanggan XL mengakses Netflix dengan menghabiskan kuota internet 800 MB per hari. Pelanggan XL yang akses Netflix sejak tiga hari pertama setelah peluncuran rata-rata di atas 10 ribu pelanggan.
“Ada kenaikan lebih dari 1.000%. Kalau sekarang, seminggu setelah peluncuran, rata-rata tinggal lima ribuan pelanggan," ungkapnya. (Baca juga: Telkom Blokir Netflix)
Sekadar diketahui, kehadiran pemain seperti Netflix sebenarnya menjadi beban bagi operator, khususnya penyelenggara fixed broadband, yang menawarkan paket data unlimited, dalam posisi paling merana dengan kehadiran Netflix karena OTT ini haus bandwidth.
Soalnya, untuk streaming film HD dari Netflix setiap satu jam bisa menyedot kuota data hingga 3GB. (Baca juga: Operator suka dengan Netflix)
Melihat fenomena ini, Chairman Mastel Institute Nonot Harsono mengaku prihatin karena tidak ada kebersamaan dalam memandang kedaulatan NKRI di dunia maya. (Baca juga: Aksi Telkom Blokir Netflix)
“Inilah wajah sebenarnya operator kita. Jadi, jangan salahkan kita dijajah terus oleh OTT asing, dan menikmati kondisi itu,” sungutnya.(dn)