JAKARTA (IndoTelko) – PT Indosat Tbk (ISAT) atau Indosat Ooredoo ingin menurunkan porsi utang dalam mata dolar AS pada menjadi 20% sepanjang 2016 dari tahun lalu sekitar 24%.
“Kita terus turunkan utang dalam dollar AS. Ini sudah bagus posisinya. Pernah porsi utang dalam dollar AS itu sekitar 50%. Kita mau di porsi ideal yakni 20%,” ungkap Sekretaris Perusahaan Indosat Ooredoo, Harsya Denny Suryo, kemarin.
Menurutnya, perseroan harus menekan porsi utang dalam dollar AS agar tak terkena dampak fluktuasi pergerakan nilai rupiah.
Berdasarkan laporan keuangan Indosat kuartal III 2015, rugi kurs yang mencapai Rp2,33 triliun membuat perseroan menderita kerugian sebesar Rp1,22 triliun. Namun, angka rugi bersih tersebut turun 15,6% dibandingkan tahun lalu pada periode serupa Rp1,33 triliun.
Pada periode tersebut, total utang Indosat mencapai Rp22,67 triliun, naik 5% dibanding periode serupa tahun lalu, yakni Rp21,27 triliun. Tahun ini, Indosat menganggarkan belanja modal sekitar Rp6 triliun–Rp7 triliun.
Dalam laporan keuangan Ooredoo Grup untuk 2015, Pendapatan Indosat Ooredoo sepanjang 2015 diperkirakan Rp 25,94 triliun atau 7,27 miliar Qatar Riyal, turun 2% dibandingkan 2014 sebesar 7,395 miliar Qatar Riyal atau Rp 26.37 triliun. EBITDA di 2015 sebesar 3,3 miliar Qatar Riyal dengan EBITDA marjin 45%.
Kerugian yang diderita sepanjang 2015 sebesar 320 juta Qatar riyal atau sekitar Rp 1,14 triliun, menurun dibandingkan 2014 sebesar Rp 564 juta atau sekitar Rp 2,01 triliun. (Baca juga: Kinerja operator 2015)
Jika tak dihitung dampak depresiasi rupiah, Indosat Ooredoo bisa membukukan keuntungan Rp 175 juta Qatar Riyal atau sekitar Rp 624,10 miliar.Jika laporan keuangan dalam mata uang rupiah, Indosat Ooredoo mengalami pertumbuhan pendapatan 11% dan Earning Before Interest Tax Depreciation Amortization (EBITDA) 14% dengan jumlah pelanggan nyaris 70 juta nomor.(ak)