JAKARTA (IndoTelko) – Indonesia dinilai memiliki banyak pekerjaan rumah untuk mewujudkan smart city di semua daerah.
”Lupakan dulu soal konektifitas canggih seperti 5G. Tak perlu terburu-buru ke 5G, lihat saja 4G sekarang. Berkaca ke Thailand masih menggunakan 3G, karena mereka lebih memikirkan tentang infrastruktur,” ungkap Country Manager IDC Indonesia dan Filipina Sudev Bangah kala memaparkan laporan Building Smart Cities in Indonesia-Embracing Digital Transformation and Innovation across Cities, kemarin.
Menurutnya, ada hal yang lebih penting ketimbang memikirkan teknologi 5G, yakni meningkatkan adopsi aplikasi lokal, smart city dan transportasi.
“Di Indonesia sendiri tren smart city memang sedang berkembang, terutama di kota-kota besar. Tetapi untuk kota-kota kecil kesulitan pendanaan. Harus ada gerakan dari pemerintah pusat untuk mendorong ini menjadi terpadu,” katanya.
Disarankannya, pemangku kepentingan di Indonesia harus memliki kesamaan perspsi tentang smart city. Smart city merupakan sebuah kesatuan ekosistem berbasis teknologi informasi (TI) dan Internet of Things (IoT),
“Kalau dilihat sekarang penetrasi smart city di Indonesia masih pada satu kasus saja. Padahal, jika dilihat pemicu smart city itu dibutuhkan lumayan kompleks seperti kemacetan, kesehatan, listrik, air, belum lagi urbanisasi yang memberikan tantangan bagi infrastruktur, keamanan, pendidikan, serta sanitasi,” katanya.
Diingatkannya, peran TI hanya sebagai enabler dari solusi smart city, kunci utama adalah edukasi ke masyarakat untuk menggunakan solusi sebagai bagian dari warga kota cerdas.
“Sekarang ini proyek smart city di Indonesia dimulai pemerintahan daerah dan berpotensi memiliki masalah ketahanan operasi di jangka panjang. Di sinilah peran pemerintah pusat harus masuk melakukan investasi sehingga mendorong transformasi kota berbasis digital serta mengontrol perkembangan smart city untuk jangka panjang,”katanya.(id)