Alibaba Akuisisi Lazada, Siapa Diuntungkan?

Ilustrasi (dok)

JAKARTA (IndoTelko) – Alibaba melakukan aksi korporasi yang mengejutkan dunia eCommerce global.

Pemain asal Tiongkok ini mengakuisisi Lazada dengan nilai US$ 1 miliar. Lazada adalah salah satu pemain eCommerce di Asia Tenggara dengan beroperasi di Singapura, Malaysia, Vietnam, Indonesia, dan Thailand. Dalam kalkulasi valuasi Lazada mencapai US$1,5 miliar pada 2015.

Pemegang saham Lazada adalah Rocket Internet, Tesco Inc, dan  Rocket and Investment AB Kinnevik. Lazada akan menerbitkan saham baru senilai US$ 500 juta untuk mengakomodasi pembelian ini. Rocket Internet akan menjual 9,1% di Lazada senilai US$ 137 juta secara tunai, tapi tetap menggenggam 8,8% kepemilikan.

Tesco menjual 8,6% sahamnya di Lazada pada Alibaba senilai US$ 129 juta, sehingga kepemilikanya tinggal 8,3%. Selain itu, Rocket and Investment AB Kinnevik juga akan menjual sahamnya.

Siapa diuntungkan? Menurut Presiden Alibaba Michael Evans mengatakan investasi ini akan mendorong ekspansi perseroan di pasar Asia Tenggara. "Adanya investasi di Lazada, Alibaba mendapatkan platform raksasa di pasar eCommerce paling menggiurkan, di luar Tiongkok," katanya.

CEO Lazada Max Bittner mengatakan akuisisi ini menguntungkan bagi Lazada untuk melakukan ekspansi ke berbagai negara yang telah menjadi tujuan bisnis Alibaba. Tak tanggung-tanggung,  Lazada menargetkan jumlah konsumen dapat meningkat hingga 560 juta konsumen.

“Transaksi ini akan membantu untuk mempercepat tujuan kami mencapai 560 juta konsumen yang dapat di akses di berbagai negara, dan juga untuk menjual produk-produk unik,” kata Bittner seperti dikutip dari CNBC, Selasa (12/4).

CEO Rocket Internet, Oliver Samwer, mengatakan transaksi senilai US$1 miliar itu menjadi kunci tonggak penting Lazada, “Ini mempertegas posisi Lazada sebagai platform online terkemuka di Asia Tenggara. Ini akan menguatkan posisi dan memberikan basis signifikan pertumbuhan masa depan oleh posisi kuat Alibaba di kawasan ini," ujarnya.

Dampak Indonesia?
Bicara Asia Tenggara, tentu tak bisa dilepaskan dari Indonesia. Tahun 2016 diprediksi nilai transaksi eCommerce di negeri ini sebesarUS$ 4,89 miliar naik ketimbang 2015 sebesar US$ 3,56 miliar. (Baca juga: Prospek bisnis eCommerce)

Pada 2016 akan ada 8,7 juta online shopper naik dibanding 2015 sebesar 7,4 juta online shopper. Sementara jumlah pengguna internet di Indonesia pada 2015 diprediksi mencapai 93,4 juta naik ketimbang 2014 sebanyak 88,1 juta pengguna.

Lazada pun di Indonesia lumayan kinclong dimana hingga akhir 2014, Lazada memiliki 2.000 penjual dan didukung lebih dari 1.500 karyawan. Platform marketplace di Indonesia berkontribusi sekitar 75% dari keseluruhan penjualan di Lazada. (Baca juga: Lazada perkuat layanan)

Lazada terus  memperkuat logistik dengan menggandeng Go-Jek. Platform ini sendiri memiliki kurir sendiri yang dinamakan Lazada Express (LEX). (Baca juga: Prestasi Lazada)

Alibaba sendiri memiliki cara unik masuk ke Indonesia dengan menggandeng empat perusahaan sebagai partner eksklusif. Alibaba mengumumkan kerjasama dengan perusahaan asal Vietnam, OSB Investment and Technology Joint Stock Company (OSB JSC). Lewat kerja sama ini, OSB membuka kantor pemasaran keanggotaan Gold Supplier untuk Alibaba.com di Indonesia.

Sebelum OSB, sudah ada PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) yang menjajakan keanggotaan berbayar Alibaba.com. Kabarnya PT Anabatic Technologies Tbk (ATIC) akan mengumumkan kerja sama eksklusif dengan Alibaba.com lewat anak usahanya PT Emporia Digital Raya.

Pertanyaan paling besar yang belum terjawab, apa yang didapat pemerintah dari semua kemeriahan ini? (id)