JAKARTA (IndoTelko) – PT Indosat Tbk (ISAT) atau Indosat Ooredoo terlihat lebih agresif dan trengginas di pasar sejak melakukan modernisasi jaringan serta mulai kuatnya fundamental keuangan.
Sepanjang tiga bulan pertama 2016 keuntungan yang diraih Indosat sebesar Rp 217,2 miliar berbanding terbalik dengan posisi sama tahun 2015 yang masih merugi Rp 455,6 miliar.
Indosat mencatat pertumbuhan untuk pendapatan sebesar 11,8% di triwulan pertama 2016 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dengan membukukan pendapatan konsolidasian sebesar Rp6,8 triliun untuk triwulan pertama 2016.
Pertumbuhan pendapatan Selular meningkat sebesar 15,8% pada triwulan pertama 2016 atau sekitar Rp 5,67 triliun. Kinerja layanan seluler Indosat didukung 69,8 juta pelanggan dengan Average Revenue Per User (ARPU) Rp 26,4 ribu.
Statistik itu menjadikan Indosat Ooredoo sebagai pemain nomor dua di Tanah Air menguntit Telkomsel. Telkomsel berhasil membukukan keuntungan sebesar Rp 6,53 triliun sepanjang triwulan pertama 2016 atau naik 33,9% dibandingkan periode sama 2015 sebesar Rp 4,8 triliun. (Baca juga: Kinerja Indosat)
Telkomsel sepanjang tiga bulan pertama 2016 berhasil meraih pendapatan Rp 20,196 trilun naik 17,8% dibandingkan periode sama 2015 sebesar Rp 17,14 triliun. Telkomsel menutup triwulan pertama 2016 dengan 153,614 juta pelanggan atau naik 8,6% dibandingkan periode sama tahun lalu sebanyak 141,462 juta pelanggan dengan ARPU campuran Rp 43 ribu. (Baca juga: Kinerja Telkomsel)
Perang pemasaran
Persaingan kedua operator ini mulai memanas, khususnya di luar Jawa setelah Indosat Ooredoo meluncurkan paket menelpon Rp 1 untuk produk IM3 Ooredoo. Paket ini lumayan berani karena saat ini tarif ritel atau tarif pungut yang dibebankan operator kepada pelanggan berkisar di angka Rp 1500 – Rp 2000 per panggilan off net (panggilan antar operator) per menit.
Salah satu komunikasi pemasaran yang dibangun oleh Indosat dalam mengkampanyekan murahnya tarif Rp 1 adalah dengan Hashtag #buktikanRp1 di media sosial. Kampanye ini seperti memanaskan suasana di bulan Ramadan karena terdapat beberapa foto-foto pengguna Indosat Ooredoo dengan memegang spanduk yang menyatakan tarif Rp 1 tidak ribet dan membandingkan dengan skema tarif milik Telkomsel.
Presiden Direktur Indosat Ooredoo Alexander Rusli kala dikonfirmasi melalui pesan singkat mengakui kampanye tersebut bagian dari aktivitas below the line untuk Rp1.
“Kami tak mulai perang, ini memang kondisi pasar seluler ada anomali. Kita sudah tak tahu lagi cara menyampaikan pesan ada yang tak benar dalam pentarifan di Indonesia,” ungkap Alex kepada IndoTelko melalui sambungan telepon, Kamis (16/6).
Diungkapkannya, anomali bisa dilihat dari kinerja Indosat di bisnis seluler selama kuartal pertama 2016 tumbuh double digit year on year. “Kita tumbuh double digit, tetapi kehilangan revenue share yang besar. Sementara ada yang revenue share tumbuh terus, ini artinya ada yang dominan dalam pasang tarif,” paparnya.
Menurutnya, Indosat Ooredoo tak pernah memulai perang dengan Telkomsel walau dalam memandang kebijakan pemerintah selalu berseberangan seperti terkait isu penurunan biaya interkoneksi, network sharing, asymmetric regulation, dan lainnya.
“Memang kita tak sejalan, namanya dinamika. Dalam iklan ulang tahun Telkomsel kan dibilang terima kasih atas dinamika pasar selama ini ke kompetitornya. Jadi, ini bagian dari dinamika saja,” sindir Alex
Ditambahkannya, sebenarnya posisi Indosat belum besar di luar Jawa karena baru menguasai pangsa pasar sekitar 3%. Namun, untuk berusaha memperbesar pasar lumayan sulit karena terdapat beberapa halangan seperti susahnya membuka outlet dan biaya interkoneksi yang tak kompetitif. (Baca juga: Tarik menarik biaya interkoneksi)
Diharapkannya pemerintah melakukan intervensi agar masyarakat bisa menikmati kompetisi yang sehat dan industri berjalan berkelanjutan. "Mari kita bersama membangun negeri," tutupnya.(dn)