Bos Indosat ajak XL dkk melawan Telkomsel

Alexander Rusli (dok)

JAKARTA (IndoTelko) –  PT Indosat Tbk (ISAT) atau Indosat Ooredoo tak surut langkahnya melawan dominasi Telkomsel di ranah seluler.

Bukannya menurunkan tensi pasca dipanggil Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) karena kampanye negatif terhadap skema tarif dan tudingan monopoli terhadap Telkomsel, anak usaha Ooredoo ini malah mengajak operator lainnya seperti XL Axiata, Tri Indonesia, dan Smartfren bersuara melawan anak usaha Telkom itu.

Bicara market share di seluler saat ini posisi dominan tentu pada Telkomsel karena pemain yang identik dengan warna merah ini menguasai sekitar 45%, setelah itu disusul Indosat (21,6%), Tri Indonesia (14,4%), dan XL Axiata (14%).

“Saya minta kepada yang lainnya (XL dkk) untuk bersuara. Jangan takut untuk bicara, ini demi kepentingan bersama. Kita fight untuk kepentingan pelanggan,” ajak President Director & CEO Indosat Alexander Rusli dalam pertemuan terbatas dengan sejumlah media termasuk IndoTelko, Selasa (21/6) malam.

Diungkapkannya, yang diperjuangkan Indosat sekarang adalah menata lanskap persaingan dan aturan yang lebih pro kepada kompetisi bukan memproteksi penguasa pasar.

“Kita itu punya tujuan sama dengan challenger lainnya, kita mau barrier interkoneksi dihilangkan dan diijinkan untuk berbagi jaringan aktif agar efisien. Dua aturan ini belum keluar juga karena dihambat terus. Kalau kita tak ramaikan sekarang, tak terwujud itu. Ingatlah kalau kita yang penantang ini, di luar Jawa semuanya jika bergabung hanya menguasai sekitar 14-an persen pangsa pasar,” ulasnya.

Diingatkannya, posisi Telkomsel sudah terlalu besar di luar Jawa yakni menguasai revenue share hingga 80%. Jika aturan tak diubah dalam tiga tahun bisa naik 90%. "Nanti kalau sudah 100% tak bisa disetop, kasihan masyarakat di wilayah non Jawa yang tak menikmati tarif komunikasi layaknya di Jawa. Kami sudah buat laporan secara resmi ke regulator soal praktik tak sehat di luar Jawa, harapannya yang lain melakukan langkah serupa,” katanya.

Seperti diketahui, Indosat Ooredoo baru saja dipanggil BRTI terkait kampanye negatifnya di media sosial yang menyerang Telkomsel. Dalam pertemuan tersebut dimanfaatkan Indosat untuk bicara kendala yang dihadapi selama ini dalam melakukan penterasi ke wilayah non Jawa yang dihambat Telkomsel dan regulasi.

Indosat Ooredoo sangat berharap biaya interkoneksi turun diatas 26% bahkan kalau bisa mencapai diatas 50% agar bisa mengakuisisi pelanggan di pasar yang dikuasai Telkomsel. (Baca juga: Indosat tuding ada monopoli)

Untuk menunjang tarif terjangkau, dalam investasi pun rencananya dilakukan dengan efisien memanfaatkan berbagi jaringan atau network sharing. (Baca juga: Indosat serang Telkomsel)

Kabarnya, regulasi soal network sharing masih menunggu tanda tangan Presiden terhadap penyesuaian Peraturan Pemerintah (PP) No 53/2000 tentang telekomunikasi.

Sementara untuk Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika (Permenkominfo) soal interkoneksi akan dikeluarkan pada Agustus mendatang. (Baca juga: Aturan network sharing dan interkoneksi)

Biaya interkoneksi adalah komponen yang dikeluarkan operator untuk melakukan panggilan lintas jaringan. Perhitungan biaya interkoneksi adalah berbasis biaya yang dilandasi oleh UU 36/1999 tentang Telekomunikasi, PP 52/2000 mengenai telekomunikasi, dimana Pemerintah yang melakukan perhitungan tarif interkoneksi ini dan operator hanya menyediakan data-data yang dibutuhkan dalam proses perhitungan.(dn)