JAKARTA (IndoTelko) – Aksi provokasi dari CEO Indosat Ooredoo Alexander Rusli dengan mengajak operator seluler lainnya melawan dominasi Telkomsel dianggap sebagai hal yang tak etis dan melawan adat ketimuran.
“Dalam menghadapi dan menyikapi kondisi pasar yang tingkat kompetisinya dirasakan berat tidak sepatutnya Pak Alex Rusli sebagai CEO Indosat, perusahan yang terkenal dan cukup besar, apalagi juga sebagai Ketua Umum Asosiasi penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) mendorong (memprovokasi) operator selular lainnya untuk bersama-sama "mengeroyok" Telkomsel,” tegas Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Nasional Telekomunikasi (Apnatel) Triana Mulyatsa, di Jakarta, Kamis (23/4).
Disarankannya, jika kalah bersaing dan tidak mampu menghadapi kompetisi sebaiknya mundur saja jangan memprovokasi pihak lain untuk menekan operator lain yang tumbuh sangat baik.
“Kita melihat dan merasakan, bahwa Telkomsel secara konsisten sejak berdiri sudah melakukan investasi besar-besaran untuk menambah coverage, peningkatan kualitas, memperbanyak kemudahan kepada pelanggannya dengan selalu update teknologi, sehingga kinerja keuangannya tumbuh pesat seperti saat ini,” katanya.
Diingatkannya, pertumbuhan yang dijalankan Telkomsel disetorkan kepada negara melalui induknya yaitu Telkom sebagai BUMN yang saat ini sebagian besar sahamnya masih dimiliki pemerintah. (Baca juga: BRTI minta setop kegaduhan)
“Sedangkan Indosat siapa pemegang saham mayoritas? Jika Telkomsel "distop"supaya Indosat menjadi besar rakyat negara mana yang akan menikmati? Mari kita melihat semua ini dengan jernih dan fokus saja melayani pelanggan serta mengabdi bagi negeri. Bulan Ramadan ini bulan baik, kenapa malah ribut,” sarannya.
Sebelumnya, CEO Indosat Alexander Rusli mengajak XL Axiata, Tri Indonesia, dan Smartfren bersuara melawan dominasi Telkomsel di luar Jawa. “Saya minta kepada yang lainnya (XL dkk) untuk bersuara. Jangan takut untuk bicara, ini demi kepentingan bersama. Kita fight untuk kepentingan pelanggan,” ajak Alex.
Alex mengungkapkan posisi Telkomsel sudah terlalu besar di luar Jawa yakni menguasai revenue share hingga 80%. Jika aturan tak diubah dalam tiga tahun bisa naik 90%. (Baca juga: Indosat tuding ada monopoli)
"Nanti kalau sudah 100% tak bisa disetop, kasihan masyarakat di wilayah non Jawa yang tak menikmati tarif komunikasi layaknya di Jawa. Kami sudah buat laporan secara resmi ke regulator soal praktik tak sehat di luar Jawa, harapannya yang lain melakukan langkah serupa,” katanya. (Baca juga: Telkom group dituding diskriminasi)
Sementara itu, dalam analisa harian yang dibuat Mandiri Sekuritas meyakini bahwa dominasi Telkomselpada pangsa pasar di luar Jawa tidak datang dalam semalam, karena merupakan hasil dari investasi panjang dalam infrastruktur jaringan bangunan sementara operator lain hanya fokus di Jawa. (Baca juga: Bos Indosat bertarung dengan Telkomsel)
“Kurangnya komitmen dalam membangun infrastruktur jaringan oleh operator lain telah menyebabkan layanan jaringan yang buruk, sehingga sulit bagi mereka untuk bersaing dengan Telkomsel. Perhatikan bahwa Telkomsel memiliki sekitar 110 ribu BTS dibandingkan 59 ribu dari XL dan 53 ribu dari Indosat,” tulis analisa itu, Kamis (23/6).(id)