JAKARTA (IndoTelko) – PT Indosat Tbk (ISAT) atau Indosat Ooredoo dinilai kembali membuang peluang menyaingi dominasi Telkom Grup di pengembangan infrastruktur backbone untuk layanan broadband dengan gagal memenangkan tender Palapa Ring Paket Timur belum lama ini.
“Kegagalan di tender Palapa Ring Paket Timur itu kalau di permainan sepak bola seperti membuang peluang tendangan penalti. Proyek Palapa Ring itu peluang bagi Indosat dan anggota konsorsiumnya untuk memiliki backbone di Kawasan Timur Indonesia, khususnya Papua. Sayang, sekali mereka kalah karena faktor tak lengkap administrasi,” sesal Direktur Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Informasi (LPPMI) Kamilov Sagala di Jakarta, Rabu (20/7).
Seperti diketahui, Panitia Pengadaan Badan Usaha Pelaksana Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Jaringan Tulang Punggung Serat Optik Nasional Palapa Ring Paket Timur telah mengumumkan Konsorsium Moratelindo-IBS-Smart Telecom sebagai pememang dari tender tersebut. (Baca juga: Tender Palapa Ring paket timur)
Konsorsium yang anggotanya terafiliasi dengan Grup Sinar Mas ini berhasil mengalahkan Konsorsium XL-Indosat-Alita dengan nilai 85,98 dengan finansial total pengajuan Rp14 triliun.
Menurut Kamilov, jika dilihat dari kelayakan proyek, pemerintah sudah membuat proposal lumayan atraktif bagi calon investor. (Baca juga: Skema Palapa Ring diubah)
“Perhitungan skema availability payment dalam kurun waktu 15 tahun dengan valuasi proyek ini bisa mencapai Rp 14 triliun. Soal pendanaan kalau melihat paket barat dan tengah, itu dibantu mencari pinjaman. Jadi, kalau saya lihat ini yang kurang komitmen investasi dari pemegang saham di konsorsium itu untuk bertarung membangun jaringan di Indonesia bagian timur,” ulasnya.
Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi ITB M Ridwan Effendi menyayangkan konsorsium Indosat-Alita-XL Axiata tak bertarung hingga titik darah akhir dengan tak lengkapnya syarat administrasi, sehingga didiskualifikasi oleh panitia lelang.
“Harusnya mereka memperbaiki kegagalan tender desa berdering beberapa tahun lalu. Buktikan dong komitmen selama ini yang ingin ikut memotong kesenjangan informasi di NKRI,” sindirnya. (Baca juga: Backbone Telkom)
Sebelumnya, Anggota Dewan TIK Nasional Garuda Sugardo mengungkapkan ada dua kesempatan di masa lalu di mana sebenarnya Indosat dapat mengimbangi dominasi Telkomsel. (Baca juga: Telkom Grup diskriminasi?)
Pertama, saat produk IM3 diluncurkan tahun 2001. Saat itu Telkomsel sempat kelimpungan menghadapi citra IM3 yang muda dan multimedia. Momen kedua adalah saat Satelindo merger dengan Indosat, pada tahun 2003. Saat itu Jumlah BTS dan pelanggan gabungan IM3 Indosat ditambah Matrix dan Mentari (Satelindo) sebenarnya hampir sama dengan Telkomsel. (Baca juga: Indosat sulit kejar Telkom)
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Nasional Telekomunikasi (Apnatel) Triana Mulyatsa menjelaskan, dalam menggelar jaringan ke pelanggan tak hanya harus kuat di sisi akses, tetapi juga backbone dan transmisi.
“Kondisi geografis Indonesia di bagian timur memang penuh tantangan, dan itu menjadi ujian bagi komitmen operator untuk memenuhi lisensi nasional yang dimilikinya. Kalau ada operator yang bangun di Indonesia bagian timur, itu harusnya diapresiasi pemerintah,” tukasnya.
Dalam catatan, saat ini Telkom grup membentangkan backbone serat optik di bumi nusantara sepanjang 81.831 Km dari Sabang hingga Merauke.
XL Axiata memiliki serat optik tidak kurang dari 40.000 km, yang meliputi hampir seluruh wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Sulawesi, dan Kalimantan. (Baca juga: XL dan Indosat kerjasama bangun backbone)
Sedangkan Indosat untuk serat optik memiliki dan mengoperasikan berbagai sistem kabel laut antara lain Jakabare (Jakarta – Kalimantan – Batam – Singapore), SMW3 (South East Asia - Middle East - West Europe), JaSutera (Jawa – Sumatera), Jambi-Batam-Singapore, AAG (Asia – America Gateway), Javali (Jawa – Bali), Jakasusi (Jawa – Kalimantan – Sulawesi), Jakarta – Surabaya.
Indosat juga memiliki jaringan terestrial yang menghubungkan sistem komunikasi dari Surabaya ke Madura, backbone pulau Jawa, backbone pulau Sumatera, backbone Kalimantan (Banjarmasin – Balikpapan – Samarinda, Banjarmasin – Palangkaraya – Sampit) dan backbone Sulawesi (Makasar – Palu).(id)