JAKARTA (IndoTelko) – Operator Hutchison 3 Indonesia (Tri) tengah bersiap menyusun strategi retail terbaru pasca diumumkannya penurunan biaya interkoneksi rata-rata untuk 18 skenario panggilan oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) pada 2 Agustus 2016.
“Kami senang akhirnya ada keputusan soal perhitungan biaya interkoneksi baru. Sebenarnya pengen turun lebih besar, tetapi ini sudah diambil keputusan, jadi kita ikut,” ungkap Wakil Direktur Utama Tri Indonesia M Danny Buldansyah kepada IndoTelko, Rabu (3/8).
Menurutnya, perhitungan yang dibuat regulator cukup adil setelah melalui banyak kajian dan pertimbangan. “Kita akan siapkan strategi retail ke depan dengan memasukkan biaya interkoneksi versi baru ini. Soal nanti tarif retail dari Tri lebih kompetitif dari pesaing, biar pasar yang menentukan. Soalnya yang lain biayanya kan ikut turun,” tutupnya.
Biaya interkoneksi adalah salah satu komponen dari tarif retail. Saat ini tarif interkoneksi yang diberlakukan di Industri hanya dibawah 20% dari tarif retail lintas operator yang dibayarkan oleh pelanggan. Kisaran biaya interkoneksi Rp 250 terhadap tarif retail lintas operator Rp 1500. Sedangkan formula tarif retail terdiri dari biaya interkoneksi, service activation fee, dan margin.
Sebagai ilustrasi perhitungan, saat ini tarif ritel atau tarif pungut yang dibebankan operator kepada pelanggan berkisar di angka Rp 1500 – Rp 2000 per panggilan off net (panggilan antar operator) per menit. (Baca: Meruwat biaya interkoneksi)
Dalam biaya interkoneksi baru untuk panggilan seluler lokal sekitar Rp 204 alias ada penurunan sekitar 18% dibandingkan hitungan yang lama. Alhasil, bisa saja nanti tarif pungut setelah biaya interkoneksi baru diterapkan untuk panggilan lokal seluler sekitar Rp 1.230 hingga Rp 1.640.(dn)