Saham Telkom digoyang pemangkasan biaya interkoneksi?

Ilustrasi (dok)

JAKARTA (IndoTelko) – Sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Inilah ilustrasi yang tepat bagi PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) sejak 2 Agustus 2016.

Dimulai dari keluarnya pengumuman perhitungan biaya interkoneksi baru dari Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) pada 2 Agustus 2016 malam yang menyatakan secara rerata untuk skenario 18 panggilan jasa seluler dan telepon tetap terjadi penurunan sebesar 26%.

Dalam data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Rabu (3/8), investor langsung bereaksi negatif terhadap saham Telkom. Saham Telkom yang sempat menembus Rp 4.530 per lembar pada Senin (1/8),  langsung berada di Rp 4.320 per lembar di Rabu (3/8) pagi dan ditutup pada Rp 4.290 per lembar di hari Rabu itu.

Saham Telkom telah tertekan sejak Selasa (2/8) pagi seiring rumor akan keluarnya biaya interkoneksi baru oleh Kemenkominfo di pasar pada hari itu. Pada Selasa (2/8) saham Telkom dibuka di Rp 4.460 dan ditutup di Rp 4.410 per lembar.

Pada Kamis (4/8), saham Telkom masih stagnan di Rp 4.290 hingga sesi perdagangan pertama.

Di laporan keuangan Telkom untuk semester pertama 2016 dinyatakan pendapatan dari interkoneksi hanya Rp 1,879 triliun atau turun 16% dibandingkan periode sama 2015 sebesar Rp 2,23 triliun.

Dalam pantauan, tak hanya saham Telkom yang guncang karena biaya interkoneksi diturunkan. Saham milik PT XL Axiata Tbk (XL) pada Rabu (3/8) dibuka dengan Rp 3.600 dan ditutup di Rp 3.650 per lembar. Pada Kamis (4/8) saham XL dibuka di Rp 3.630 dan hingga sesi perdagangan pertama stagnan di Rp 3.650 per lembar.

Saham milik Indosat juga merasakan dampak biaya interkoneksi diturunkan dimana pada pembukaan Kamis (4/8) di posisi Rp 6.625 dan hingga sesi perdagangan pertama turun menjadi Rp 6.600 per lembar. Padahal, di Selasa (2/8), saham Indosat masih ditutup di kisaran Rp 6.700. (Baca: Telkom dan Interkoneksi)

Dalam riset yang dilakukan Citi Group belum lama ini jika terjadi penurunan biaya interkoneksi XL akan paling menderita dari sisi kinerja keuangan. (Baca: Penurunan interkoneksi

Anak usaha Axiata ini diprediksi akan mengalami penurunan laba tahun 2017 sekitar 7%. Hal ini dikarenakan XL memiliki pendapatan dari interkoneksi yang relatif lebih besar dibandingkan kedua operator lain (Telkom dan Indosat) dan posisinya sebagai penerima interkoneksi (net receiver). (Baca: Hitung ulang biaya interkoneksi)

Sedangkan bagi Telkom dan Indosat dampak penurunan biaya interkoneksi tidak terlalu signifikan dan perubahan pendapatan masing-masing hanya berkurang 0,9% dan 0,2%.(id)