JAKARTA (IndoTelko) – Indonesia tak ingin menjadi sekadar pasar di era Internet of Things (IoT) tetapi bisa menentukan arah dari bisnis dan teknologi karena memiliki potensi adopsi yang besar.
"Indonesia ingin menjadi pemain utama dalam pertumbuhan IoT terbesar Asia Tenggara. Kita punya potensi pasar, peluang besar soal skala ekonomi dan adopsi IoT. Wajar ingin menjadi pemain utama,” tegas PLT Dirjen Aplikasi dan Informatika Mariam F Barata membacakan sambutan Menkominfo Rudiantara kala membuka Asia IoT Bussiness Platform di Jakarta, Senin (15/8).
Mengutip data IDC, di kawasan Asia Pasifik termasuk Indonesia pasar IoT sangat besar. Diperkirakan bertambah dari 3,1 miliar perangkat menjadi 8,6 miliar perangkat dengan pertumbuhan pasar dari US$250 juta menjadi US$ 583 hingga 2020.
Indonesia memiliki 235 penduduk dan 297 pengguna seluler yang menjadikan negara ini menempati posisi keempat terbesar dunia dalam pengguna ponsel. Pada 2030 nanti, sektor otomotif Indonesia diramal mencapai 46 juta kendaraan, sementara di sektor layanan umum akan tersedia 83 juta rumah untuk 300 juta penduduk. Usaha Kecil Menengah (UKM) juga disebut akan mencapai 4,8 juta jumlahnya yang akan berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi negara.
“Potensi kita besar. Kita tengah bangun infrastruktur backbone dengan proyek Palapa Ring untuk menghubungkan seluruh ibu kota di Indonesia melalui kabel optik. Masa gak boleh menjadi salah satu pemain utama,” katanya.
Head of Machine-to-Machine, Indosat Ooredoo Hendra Sumiarsa meyakini bahwa penyedia layanan komunikasi merupakan mitra yang terpercaya dalam membantu adopsi IoT.
“Para penyedia layanan ini ingin memimpin pengembangan IoT melalui suatu portofolio solusi dan layanan yang luas, mulai dari konektivitas, infrastruktur, layanan cloud, analitik data, hingga solusi dan layanan IoT end-to-end,” ujarnya.
Ditambahkannya, diperlukan arah yang jelas serta model bisnis yang pasti untuk mengantarkan value kepada pelanggan. Selain itu, perlu kolaborasi yang lebih besar antara pemerintah, penyedia layanan, manufaktur dan pemangku kepentingan lainnya.
Head of IoT XL Axiata Arifa Febriyanti menambahkan tidak ada kerumitan bagi para pengguna menggunakan sebuah solusi IoT, karena perusahaan telekomunikasi mengambil bagian sebagai penyedia solusi untuk IoT dapat menyediakan segalanya, mulai dari konektivitas, aplikasi, perangkat dan semua sensornya, yang menyediakan layanan end-to-end menyeluruh.
Vice President Enterprise Digital Services Telkomsel, Marina Kacaribu menilai perangkat IoT yang saat ini ada masih kurang dioptimalkan fungsinya. Hal ini membuat pembiayaan dan efisiensinya masih kurang. "Perlu dana yang besar untuk membuat konsumen melakukan migrasi ke IoT. Kita harus bekerjasama dengan developer untuk membuat solusi dan produk yang kompetitif," kata Marina.(id)