Digitalisasi, cara Angkasa Pura II sikat pungli

Muhammad Awaluddin(dok)

JAKARTA (IndoTelko) - PT Angkasa Pura II (AP II) akan mengandalkan digitalisasi sebagai salah satu senjata andalan memberantas aksi pungutan liar (Pungli) di bandara yang dikelolanya.

"Adopsi digitalisasi itu akan menghadirkan transparansi. Saat ini masyarakat sudah terbiasa dengan social innovation. Jadi, tak ada yang kagok kala semua dibawa ke ranah digital. Tantangannya itu membawa digital itu menjadi budaya. Ini yang kami mulai dengan open house sales dan mengumumkannya di portal agar semua terbuka," ungkap Direktur Utama Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin saat coffee morning bersama IndoTelko, Kamis (3/11).

Diungkapkannya, saat ini AP II memberikan diskon sebesar 30% business space (ruang bisnis) bagi perusahaan yang membuka usaha di Terminal 1, 2 dan 3, pada November 2016. Selain diskon, AP II juga menggelar open house dengan membuka registrasi secara transparan untuk mencegah pungli. Open registration dibuka hingga Desember

Pada open house kali ini pihaknya menyediakan 22 ruang bisnis dan 82 media space yang ada di Terminal 1, 2 dan 3. Adapun kapasitas Terminal 1 dan 2 saat ini masih sekitar 9 jutaan penumpang. Setelah nanti direvitalisasi akan mencapai masing-masing 18 juta penumpang. Pada tahun ini diprediksi dapat mencapai 57 juta.

“Tahun 2017 setelah beroperasinya penerbangan Internasional di Terminal 3, khusus di Terminal 3 saja bisa mencapai 25 juta. Jadi totalnya bisa mencapai 61-65 juta penumpang,” terangnya.

Asal tahu saja, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) bersama PT Angkasa Pura I (AP I), PT Angkasa Pura II, dan AirNav Indonesia  menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia serta mendorong pergerakan wisatawan nusantara (wisnus) di Tanah Air yang tahun ini ditargetkan sebesar 12 juta wisman dan 260 wisnus akan meningkat menjadi 20 juta wisman dan 275 juta wisnus pada tahun 2019 mendatang.

Menpar Arief Yahya mengatakan, tersediaannya kapasitas seat penerbangan internasional sebanyak 19,5 juta seats oleh perusahaan maskapai penerbangan (airlines) Indonesia dan asing saat ini hanya cukup untuk menenuhi target kunjungan 12 juta wisman pada tahun ini saja, sementara untuk mendatangkan 20 juta wisman tahun 2019 harus tersedia 30 juta seats pesawat, yang berarti diperlukan tambahan 10,5 juta seats dalam 3 tahun ke depan. Dimana untuk bisa memenuhi target kunjungan 15 juta wisman di tahun 2017, dibutuhkan minimal 4 juta tambahan seats baru” kata  Arief Yahya.

Arief Yahya menjelaskan lebih jauh, bahwa untuk memperoleh tambahan seats penerbangan internasional tersebut, perlu dilakukan upaya bersama dari 3A (Airlines – Airports and Air Navigation – Authorities) antara lain berupa;  kecukupan slot di bandara, kecukupan air service agreement (ketersediaan air traffic right),  serta menambah direct flight berjadual melalui pembukaan rute baru, extra flight,  maupun flight baru dari pasar wisman potensial.

Menteri Pariwisata juga menegaskan bahwa untuk memenuhi kebutuhan tambahan seats dalam waktu dekat (2017), bagaimanapun juga masih mengandalkan pada bandara Ngurah Rai Bali dan Soekarno-Hatta Cengkareng. Untuk itu Arief Yahya meminta untuk mengoptimalkan kapasitas slot-time di bandara Ngurah Rai dan Soekarno-Hatta (non-phisical effort).

Untuk jangka waktu 1-2 tahun ke depan perlu segera dilakukan upaya pembangunan perluasan bandara, seperti perluasan terminal, perluasan parking stand, serta pembangunan rapid exit taxiway di beberapa bandara. Sementara untuk memenuhi kebutuhan 3 tahun ke depan Menpar meminta segera mulai dilakukan pembangunan bandara baru, seperti di Kulon Progo, Bali Utara, Jawa Barat maupun Banten.(id)