JAKARTA (IndoTelko) - Indosat is back! Inilah kalimat yang layak diucapkan jika melihat laporan keuangan PT Indosat Tbk (ISAT) atau Indosat Ooredoo hingga sembilan bulan pertama 2016.
Dalam rilis resminya, Rabu (16/11), Anak usaha Ooredoo ini berhasil mencatat pendapatan Rp 21,524 triliun hingga sembilan bulan pertama 2016 atau naik 9,9% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 19,58 triliun. (Baca: Kinerja Indosat)
Pendapatan selular, data tetap (MIDI) dan telepon tetap masing-masing memberikan kontribusi sebesar 83%, 14%, dan 3% terhadap pendapatan konsolidasian Perusahaan. (Baca: Kinerja Telkom)
Bisnis seluler Indosat pertumbuhannya hingga kuartal III 2016 menyaingi Telkomsel. Indosat hingga kuartal III 2016 dari bisnis seluler meraih pendapatan Rp 17,89 triliun atau tumbuh 11,9% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 15,99 triliun.
Penguasa seluler nasional, Telkomsel, berhasil meraih pendapatan sebesar Rp 63,64 triliun hingga Sembilan bulan pertama 2016 atau naik 14,4% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 55,6 triliun. (Baca: Kinerja Telkomsel)
Indosat Ooredoo juga mencatat pencapaian jumlah pelanggan sebesar 81,6 juta pelanggan, meningkat 12,6 juta dibandingkan pada 9 bulan tahun 2015. Raihan pelanggan ini semakin memperkokoh posisi Indosat sebagai runner-up di industri seluler nasional.
Perusahaan juga terus mengembangkan jaringan secara nasional, dengan menambah 7.851 BTS dimana 96% diantaranya merupakan BTS 3G dan 4G demi menunjang pertumbuhan dalam bisnis data. Total BTS yang dimiliki Indosat sebanyak 54.212 site hingga kuartal III 2016.
Masa kelam kerugian pun sepertinya mulai menjauh dari Indosat di periode 2016. Hal itu terlihat dari laba bersih yang diraih sebesar Rp 845,4 miliar hingga kuartal III 2016 berbanding terbalik dengan periode sama tahun lalu yang rugi Rp 1,122 triliun.
Secara operasional, dilihat dari EBITDA yang tumbuh 10,5% menjadi Rp9,5 triliun di kuartal III 2016 dibanding Rp8,6 triliun, dengan marjin EBITDA sebesar 44,0%, Indosat mulai kembali dalam posisi berlari mengejar Telkom.
EBITDA (pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) merupakan metode pengukuran yang bukan berasal dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang diyakini oleh manajemen sebagai suatu metode pengukuran tambahan yang berguna untuk menentukan ketersediaan kas sebelum pelunasan hutang yang jatuh tempo, belanja modal, dan pajak penghasilan.
Untuk perhatian Investor, EBITDA tidak dapat ditafsirkan sebagai alternatif untuk menentukan pendapatan bersih sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, sebagai suatu indikator atas kondisi Perusahaan atau indikator atas arus kas dari kegiatan operasional sebagai ukuran likuiditas dan arus kas.
Hingga periode sembilan bulan pertama 2016, porsi hutang dalam dollar AS telah berkurang secara signifikan dari US$ 505,6 juta pada periode sama 2015 menjadi sebesar US$ 186,4 juta, atau 12,0% dari total hutang.
Penurunan porsi hutang dalam dollar AS sebesar 63,1% ini sesuai dengan rencana Indosat Ooredoo untuk mengurangi pengaruh fluktuasi mata uang terhadap laba/rugi bersih Perusahaan.
Hutang dari pinjaman bank dan obligasi turun 12,0% dibanding tahun lalu, mewakili penurunan hutang beredar sebesar Rp2,7 triliun dibandingkan periode yang sama di tahun 2015. Upaya Perusahaan dalam mengurangi porsi hutang dalam dollar AS dan mengurangi tingkat hutang akan berlanjut di sepanjang sisa tahun 2016.(ak)