JAKARTA (IndoTelko) – Aksi PT Angkasa Pura II (AP II) go digital di bawah kepemimpinan Direktur Utama Muhammad Awaluddin lumayan mencuri perhatian panita penghargaan Top IT & Telco 2016.
“Kami mendapatkan dua penghargaan di ajang Top IT & Telco 2016. Semoga ini sinyal akan suksesnya program Airport Go Digital yang kita rancang bersama manajemen AP II,” ungkap Direktur Utama Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin kepada IndoTelko, Kamis (24/11).
Diungkapkannya, di ajang tersebut AP II mendapatkan penghargaan Top ICT Leadership 2016 dan Top ICT Corporate Best Practices 2016. Penghargaan pertama diberikan untuk Muhammad Awaluddin yang baru beberapa bulan menjadi orang nomor satu di AP II. Sedangkan penghargaan kedua bagi AP II sebagai korporasi.
Top IT & Telco2016 diselenggarakan oleh Majalah Itech didukung sejumlah asosiasi seperti Asosiasi Perusahaan Konsultan Telematika Indonesia (Aspekti), Ikatan Konsultan TI Indonesia ((IKTII), Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel), Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (Atsi), Asosiasi Big Data Indonesia (ABDI), dan Forum TI BUMN (Forti) didukung Kominfo, dan sejumlah lembaga seperti Dewan Riset Indonesia, LIPI, dan lain-lain.
Proses penilaian berupa diskusi, rekomendasi serta wawancara penjurian ditetapkan ada 41 perusahaan dan 14 instansi pemerintah yang mendapat penghargaan.
Muhammad Awaluddin (kiri) berfoto bersama para pemenang Top IT & Telco 2016, Direktur Utama Semen Indonesia Rizkan Chandra (tengah) dan Direktur Jaringan Telkom Abdus Somad Arief.
Panitia juga melakukan riset pasar berupa survei indeks persepsi konsumen terhadap suatu produk dan layanan yang melibatkan 1.550 responden di kota-kota besar, yakni Jabodetabek, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar dan Balikpapan.
Lemah eksekusi
Asal tahu saja, AP II memang serius melakukan transformasi bisnis salah satunya dengan menggenjot pembangunan infrastruktur fisik dan lunak.
Soft infrastructure itu adalah teknologi informasi dalam rangka menunjang smart airport di bandara-bandara yang dikelola AP II. Quick Win untuk airport go digital sudah ditetapkan Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Terdapat 9 program utama dalam mewujudkan smart airport di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta yakni penyediaan aplikasi mobile, kios self service check in dan baggage drop, peningkatan bandwidth WiFi menjadi 50 Mbps per access point, smart toilet, smart parking building, pembuatan fleet management system untuk shuttle dan public bus bandara, digitalisasi proses antrian taksi, pembangunan airport operation control center, serta integrasi automatic baggage handling system (Automatic BHS). (Baca: Airport Go digital)
Awaluddin memang menggeber implementasi sembilan program ini dan beberapa sudah berjalan. Sayangnya, ketika dieksekusi, beberapa program tak berjalan seperti yang dipaparkan ke media massa.
Misalnya, untuk akses WiFi di Terminal 3 Soekarno-Hatta yang banyak dikeluhkan karena ribet dalam proses log in dan sering terputus-putus ketika menikmati layanan internet. Program smart parking dan Smart toilet ternyata belum juga optimal. (Baca: Smart Parking di Bandara)
Bahkan, aplikasi Indonesia Airports yang digembor-gembor sebagai pintu masuk menikmati smart airport ternyata fiturnya belum penuh beroperasi tetapi sudah ditayangkan di Google Play. (Baca: Aplikasi Indonesia Airport)
Belum lama ini Awaluddin berusaha melakukan terobosan dengan memperbanyak wifi corner untuk mengoptimalkan pelayanan internet di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Lagi-lagi upaya ini banyak dicibir Netizen karena akses internet ini berbayar, berbeda dengan yang disediakan oleh pengelola Bandara Changi di Singapura yang memberikan akses gratis internet di semua lingkungan bandara. (Baca: WiFi corner di bandara)
Sementara itu, Juru Bicara Kementrian Perhubungan Bambang S Ervan mengatakan Internet adalah hak dasar sekarang bagi masyarakat. “Nah, kalau konteksnya di bandara, itu ada fasilitas internet yang dasar, ada premium. Kalau premium tentunya perlakuannya khusus. Nah, sekarang kita harus lihat dulu apakah akses internet itu masuk dalam komponen di penyusunan biaya Passenger Service Charge (PSC),” jelasnya.(id)