Simak prediksi saham telco dan media di 2017

Leonardo Henry Gavaza(dok)

JAKARTA (IndoTelko) – Saham-saham milik emiten telekomunikasi (telco) dan media dianggap masih layak dikoleksi untuk 2017.

“Sektor telekomunikasi Indonesia paling atraktif di Asia Tenggara. Ruang tumbuh masih besar, sehingga itu saham milik emiten Telco layak dilirik,” ungkap CFA Senior Research Manager Bahana Securities Leonardo Henry Gavaza, dalam sebuah diskusi, kemarin.

Diperkirakannya, hingga akhir tahun 2016 ini pertumbuhan emiten sektor telekomunikasi bisa mencapai double digit growth. “Tahun depan prediksinya bisa double digit lagi sekitar 10,5%,” paparnya.

Dalam kalkulasinya, katalis bagi operator tetap di layanan voice dan SMS, selain data. “Kuncinya adalah adanya koreksi di layanan data. Saya dengar Indosat mau koreksi harga layanan datanya dengan mengurangi bonus-bonus. Ini akan bagus, karena Telkomsel pasti akan ikuti. Selama ini kan Telkomsel hanya menjaga agar pasarnya tak terganggu oleh aksi banting harga. Kondisi ini akan menguntungkan terutama bagi Telkom sebagai pemilik mayoritas Telkomsel,” ulasnya.

Selain operator, pemain pendukung di industri Telco juga dianggap masih menarik dikoleksi sahamnya. “Kalau distributor itu yang menarik TiPhone dan Erajaya. Apalagi di bisnis distributor tengah ada konsolidasi pasca satu pemain kesulitan keuangan,” katanya.

Sedangkan di sektor menara telekomunikasi, Leo melihat Sarana Menara Nusantara lumayan seksi karena memiliki fundamental keuangan yang baik. “Mereka kemarin berani beli premium menara milik XL. Tahun depan kabarnya ada operator lepas menara lagi, pasti Sarana akan maju,” katanya.

Ketua Asosiasi Analis Efek Indonesia Haryajid Ramelan mengakui selain saham perbankan yang masih menjadi pilihan, tahun depan saham telco juga menjadi pilihan strategis di saat berlanjutnya semua indikator makroekonomi.  

Menurut Haryajid, fundamental ekonomi hingga pengujung 2016 terus membaik, ini terlihat dari perbaikan laju pertumbuhan ekonomi, stabilitas inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di tren apresiasi.

"Akan tetapi di bulan investor masih wait and see kondisi di Amerika, setelah belum lama ini window dressing sudah dilakukan," ujar Haryajid.

Dikatakannya, aksi wait and see untuk berinvestasi di penghujung tahun ini tidak terlepas dari penantian terhadap langkah Presiden Terpilih AS, Donald Trump maupun Federal Reserve terkait kenaikan suku bunga. "Perlambatan ekonomi China juga akan mempengaruhi pasar modal kita," tambah Haryajid.

Jika kedua sentimen global tersebut sudah memberikan kepastian kepada investor, maka saham-saham telko yang akan diuntungkan di tengah perbaikan fundamental ekonomi di tanah air.

"Sebagian besar orang tetap tertuju pada Telkom karena BUMN, berkinerja terbaik dibanding Indosat dan XL, serta adanya harapan dividen dari Telkom," jelas Haryajid.

Emiten media
Secara terpisah, Analis Bahana Securities Henry Wibowo memprediksi kinerja emiten media pada tahun depan tetap kemilau karena belanja iklan alias advertising expenditure (adex) masih bisa meningkat 10%.

Di industri ini, belanja iklan televisi setara 64% total belanja iklan. Lalu adex media cetak 19%, online 12%, media luar ruang 3% dan radio sebesar 2%.

Belanja iklan berkaitan erat dengan angka pertumbuhan ekonomi. Misal, di kuartal III-2016, TV adex tumbuh 5% year-on-year (yoy), lebih lambat dibandingkan pertumbuhan kuartal II-2016 yang sebesar 11% (yoy). Hal ini berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat pada periode itu.

"Proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun depan lebih tinggi, inflasi rendah dan rupiah lebih stabil, kami memperkirakan TV adex tumbuh 8% tahun ini dan 10% tahun depan," ujar Henry dalam riset yang dikeluarkannya.

Proyeksi ini lebih tinggi dibandingkan realisasi pertumbuhan di 2015 sebesar 3%. Prospek televisi free to air (FTA) dinilai lebih menarik dibanding televisi berbayar yang persaingannya lebih ketat.

Saat PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN), masih mendominasi pangsa pasar pemirsa 37,1%, diikuti PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) sebesar 25,6%, PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) 18,6% dan Trans Media sebesar 15,1%.

Analis Mandiri Sekuritas Ferdy Wan dalam risetnya menyatakan pertumbuhan pangsa pemirsa media televisi juga naik pada prime time. Pada November 2016, Media Nusantara Citra di posisi teratas di prime time dengan penonton 39,9% dari pangsa pemirsa, naik 450 basis poin dibanding bulan lalu.

Penonton SCTV naik 100 bps jadi 25,7% didorong D’Academy Asia Season 2 yang berjalan baik sejak premier di akhir Oktober 2016. Lalu pangsa Visi Media naik ke 18,5%.(id)