Bali Towerindo geber bangun Monopole dan serat optik

ilustrasi

JAKARTA (IndoTelko) - PT Bali Towerindo Sentra Tbk (BALI) akan memperkuat bisnis Monopole (microcell pole/MCP) dan jaringan serat optik (Fiber To The Home/FTTH) berbekal pinjaman senilai US$1 juta dan Rp114 miliar dari Bank Sinarmas.

Sekretaris Perusahaan Bali Towerindo Anni Suwardi dalam keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (13/12) menyatakan dana US$1 juta merupakan tambahan plafon fasilitas dan jangka waktu LC/SKBDN Line (Sight & Usance) sublimit Trust Receipt dengan jangka waktu perpanjangan enam bulan hingga 29 September 2017.

“Dana pinjaman akan digunakan untuk membeli komponen menara MCP maupun jaringan FTTH,” tulisnya dalam keterbukaan itu.

Fasilitas LC/SKBDN Line akan digunakan untuk membeli peralatan menara microcell pole (MCP) dan jaringan fiber-to-the-home (FTTH), baik impor maupun lokal. Adapun, fasilitas Trust Receipt akan dipakai untuk melunasi outstanding LC/SKBDN Line (Sight & Usance) saat jatuh tempo.

Jaminan atas fasilitas senilai US$1 juta tersebut yakni cash margin berupa setoran jaminan minimal sebesar 10% dari nominal LC/SKBDN yang diterbitkan. Jaminan lain yakni seluruh persediaan barang yang akan dibeli dengan menggunakan pembiayaan dari fasilitas LC/SKBDN atau T/R di Bank Sinarmas.

Bali Towerindo sudah pernah menandantangani perjanjian kredit dengan Bank Sinarmas sesuai Akta Perjanjian Pemberian Fasilitas Letter of Credit atau Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) Line (Sight and Usance) sublimit Trust Receipt pada 29 Maret 2016.

Tambahan plafon fasilitas tersebut ditandatangani pada 8 Desember 2016, bersama dengan tiga pinjaman lain yang senilai total Rp114 miliar.

Rinciannya, Term Loan XI (non-revolving/ uncommitted) senilai Rp72 miliar dengan jangka waktu 60 bulan sejak pencairan kredit, termasuk 12 bulan grace period. Dana tersebut rencananya dipakai untuk membiayai pembangunan menara MCP yang akan dibangun di Indonesia, khususnya di Jabodetabek.

Pinjaman berikutnya yakni Term Loan XII (non-revolving/ uncommitted) senilai Rp32 miliar dengan jangka waktu 60 bulan sejak pencairan kredit, termasuk 12 bulan grace period. Rencananya, dana itu akan dipakai untuk membiayai pembangunan jaringan FTTH di Indonesia, khususnya Jabodetabek.

Perseroan juga memperoleh tambahan plafond fasilitas demand loan senilai Rp10 miliar dengan jangka waktu 14 April 2017. Dana pinjaman itu akan digunakan untuk membeli komponen menara MCP maupun jaringan FTTH.

Kinerja perusahaan menara ini hingga Sembilan bulan pertama 2016 adalah meraih pendapatan usaha sebesar Rp 185,48 miliar naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 111,64 miliar. Sedangkan laba hingga kuartal III 2016 sebesar Rp 127,5 miliar melesat dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar dari Rp 70,75 miliar.
Penyedia menara ini sepanjang 2016 membidik pendapatan Rp 280 miliar hingga Rp 320 miliar seiring mulai masuk ke bisnis MCP dan FTTH.

Belanja modal yang dianggarkan untuk bisnis MCP guna membangun sebanyak 3 ribu menara sekitar Rp 500 hingga Rp 600 miliar. Sedangkan untuk proyek FTTH sebanyak 12 klaster sekitar Rp 300 miliar. Hingga MEi 2016 belanja modal yang sudah terealisasi Rp 116 miliar untuk membangun MCP dan FTTX.

Di 2016 akan dibangun menara telekomunikasi sekitar seribu hingga dua ribu yang membutuhkan belanja modal Rp 150 miliar hingga Rp 200 miliar.(ak)