JAKARTA (IndoTelko) - Vendor asal Tiongkok atau terafiliasi dengan negeri Tirai Bambu itu terus membayangi dominasi Samsung di pasar smartphone Indonesia hingga kuartal ketiga 2016.
Dalam laporan Quarterly Mobile Phone Tracker International Data Corporation (IDC) mencatat adanya sedikit penurunan Quarter-on-Quarter (QoQ) pada jumlah pengapalan ponsel pintar di Indonesia yakni sebesar 7% pada kuartal ketiga 2016.
Namun, angka tersebut masih menunjukkan kenaikan sebesar 4% dari periode yang sama tahun lalu. ”Setelah masa libur Lebaran berakhir, bisnis smartphone mulai meregang di kuartal ketiga 2016 yang memaksa vendor ponsel pintar untuk menurunkan jumlah pengapalan mereka dan lebih fokus meningkatkan kinerja penjualan serta mempersiapkan strategi bisnis untuk menghadapi puncak musim belanja di kuartal keempat 2016," ujar Senior Market Analyst, Client Devices IDC Indonesia Reza Haryo dalam rilisnya, kemarin
Dalam laporan itu dinyatakan, Samsung menguasai sekitar 32,2% pangsa pasar smartphone di Indonesia, disusul OPPO (16,7%), Asus (8,2%), Advan (6%), Andromax Smartfren dan Lenovo (5,7%), serta merek lainnya.
Masih dari laporan tersebut, untuk smartphone dengan rentang harga US$250
Pangsa pasar ponsel 4G juga meningkat dari 58% di kuartal kedua 2016 menjadi 68% di kuartal ketiga 2016 dan memiliki pertumbuhan sekunsial sebesar 8%. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh penyedia layanan telekomunikasi telah bersaing untuk memperluas pangsa pasar mereka dalam upaya memanfaatkan peningkatan jumlah pengguna smartphone dalam negeri melalui paket data bundling. Sejalan dengan ekspansi ini, porsi penjualan ponsel pintar di saluran telco meningkat sebesar 22% YoY.
“Orang Indonesia menggunakan ponsel pintar untuk hiburan, seperti chatting, menonton video, bermain game dan mengakses internet. Hal tersebut mendorong peningkatan permintaan ponsel pintar dengan layar yang lebih besar sehingga pangsa phablets meningkat dari 11% di Q32015 menjadi 16% di kuartal ketiga 2016. Sebagian besar transaksi datang dari vendor-vendor besar seperti Samsung, OPPO dan Asus. Samsung Galaxy J7, OPPO F1 dan Asus Zenfone Selfie merupakan model yang paling popular,” tambah Haryo.
Kunci kemenangan
Kunci kemenangan dari Samsung adalah kampanye pemasaran yang konsisten di toko ritel berhasil meningkatkan pengapalan meskipun sebetulnya pasar Smarphone di periode kuartal ketiga 2016 mengalami perlambatan. Untuk itu peningkatan pengapalan Samsung di ketiga 2016 juga memperluas celah antara pemimpin pasar dan pesaingnya. Insiden Note 7 sedikit berdampak pada persepsi merek Samsung di Indonesia.
OPPO menurun secara sekuensial sehubungan tetapi masih mempertahankan aktivitas pemasaran yang agresif baik secara online maupun offline. Strategi distribusi OPPO yang langsung ke ritel ditambah beragam strategi pemasarannya terus memungkinkan merek tersebut untuk meningkatkan keberadaannya di ritel.
Asus masih sangat bergantung pada Zenfone Go yang harganya terjangkau namun kurangnya usaha pemasaran sepanjang kuarter menyebabkan penurunan pangsa pasar mereka.
Advan memperkenalkan 8 model smartphone 4G yang terjangkau hanya pada periode Q32016. Model 4G dari Advan ini tergolong cepat laku berkat aktivitas pemasaran mereka yang fokus pada saluran ritel.
Smartfren yang dianggap sebagai vendor lokal serta provider telco, Smartfren mencoba untuk mendapatkan lebih banyak keuntungan dari layanan data dan mencatat penurunan sekuensial sebesar 17% terhadap pengapalan ponsel pintarnya. Terlepas dari program bundling dengan ponsel pintar ternama seperti Samsung J series, Smartfren juga konsisten dalam mempromosikan produk Mifi mereka dengan program bundling yang menarik.
Lenovo mengalami penurunan sekuensial di kuartal ketiga 2016. Varian A6000, A1000 dan A2010a adalah 3 model unit yang mendominasi pengapalan mereka di kuartal ketiga 2016.
Prediksi
IDC mempredikisi bahwa pasar dapat berkembang luas secara signifikan di kuartal keempat dan tingginya permintaan saat musim perayaan juga akan memacu vendor meningkatkan volume pengapalan untuk mencapai target tahunannya. Selain itu, perbaikan ekonomi yang berkelanjutan dari banyaknya investasi infrastruktur akan terus mendorong ekonomi Indonesia.
“Regulasi Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) semakin diterima dengan pendekatan yang lebih jelas. Sejumlah vendor seperti Xiaomi, LG, dan Blackberry telah menunjukkan komitmen mereka untuk memenuhi regulasi ini. Dalam jangka pendek, diharapkan industri akan lebih fokus kepada rakitan lokal tetapi tantangan akan tetap ada dari ekosistem rantai pasokan komponen yang belum memadai. Tetapi di jangka panjang, tergantung pada efektivitas insentif yang diberikan oleh pemerintah, akan ada lebih banyak produsen komponen bisa pindah ke Indonesia. Ini berarti vendor perlu bersiap untuk memiliki pabrik end-to-end di Indonesia dan bukan hanya perakitan. Oleh karena itu, kami berharap bahwa prospek mendatang akan tetap positif untuk 2017 dan seterusnya,” kata Haryo.
Ketatnya kompetisi dan perlambatan permintaan di kuartal ketiga 2016, mengakibatkan vendor memusatkan fokus mereka pada perbaikan strategi distribusi. Pendekatan Direct to Retail dengan mengurangi perantara terbukti membantu mendorong penjualan OPPO. IDC yakin vendor ponsel pintar akan berusaha meniru strategi distribusi ini, tetapi tentu saja strategi ini membutuhkan hubungan ritel yang kuat yang mana biasanya hanya dimiliki oleh vendor besar, mengingat volume dan pangsa pasar besar yang mereka miliki.
“Penyedia telekomunikasi perlu menantang status quo dan mencari cara untuk berinovasi karena bisnis inti mereka terus ditekan oleh pelaku over the top yang bisa menjadi ancaman penurunan pendapatan saat kebutuhan data tumbuh secara eksponensial. Dengan adanya infrastruktur jaringan terdepan dan strategi kerjasama antara penyedia telekomunikasi, pelau over the top serta vendor hardware, IDC percaya bahwa penyedia telekomunikasi dan vendor ponsel pintar harus memanfaatkan kesempatan ini dengan berkolaborasi dengan pemain over the top untuk menaikkan ARPU dan meningkatkan brand exposure,” pungkas Haryo.(wn)