JAKARTA (IndoTelko) - Oppo dan Vivo dinilai sebagai vendor smartphone yang memiliki kinerja penjualan terbaik di pasar Tiongkok sepanjang 2016.
Equity Analyst dari Jefferies Rex Wu dalam kajiannya belum lama ini menyatakan kedua merek tersebut berhasil mengoptimalkan posisi di offline channel guna menguasai pasar Tiongkok.
"Di bulan Oktober 2016, pangsa pasar Oppo dan Vivo masing-masing 17,7% dan 15,9%. Sementara Huawei dan Apple masing-masing di 13,4% dan 11,2% untuk offline channel," tulisnya dalam riset yang dikeluarkan 15 Desember lalu.
Dalam riset yang dilakukannya, hingga Oktober 2016, Oppo telah menjual 55 juta smartphone, mendekati target yang ditetapkan untuk 2016 sebanyak 80 juta smartphone. Pada 2017, Oppo memasang target lumayan tinggi yakni menjual 160 juta smartphone dengan membidik pasar substitusi dan ekspansi luar negeri.
Sementara Huawei dan Vivo memasang target penjualan masing-masing 170 juta smartphone dan 150 juta smartphone di 2017. Vivo sendiri per Oktober 2016 diperkirakan telah menjual sekitar 48 juta smartphone.
Di Indonesia
Sebelumnya, Dalam laporan Quarterly Mobile Phone Tracker International Data Corporation (IDC) dinyatakan, Samsung menguasai sekitar 32,2% pangsa pasar smartphone di Indonesia, disusul OPPO (16,7%), Asus (8,2%), Advan (6%), Andromax Smartfren dan Lenovo (5,7%), serta merek lainnya. (Baca: Laporan IDC)
Sedangkan Brand Manager Vivo Mobile Indonesia Edy Kusuma optimistis mampu masuk dalam tiga besar merek smartphone terlaris di Indonesia pada tahun depan. Target itu ingin dicapai terutama melalui model-model V Series sebagai flagship product.
Model V Series teranyar dari Vivo sendiri ialah V5 yang memiliki kamera depan 20MP plus fitur softlight. Smartphone yang diluncurkan pada 23 November lalu itu berbanderol Rp3,499 juta.
Vivo telah mendirikan pabrik di Cikupa, Tangerang, untuk memenuhi regulasi tingkat komponen dalam negeri (TKDN) minimal 30% mulai 2017. Semua ponsel Vivo yang ada di pasar Indonesia seperti Seri Y dan Seri V telah dibuat di pabrik ini.
Asal tahu saja, aturan TKDN untuk 4G menjadikan vendor dari dalam maupun luar negeri berbondong-bondong untuk merakit smartphone di Indonesia.
Sejak tahun 2015 hingga kini, tak kurang dari 26 perusahaan dan pemilik merek– baik multinasional maupun lokal – telah mendirikan pabrik perakitan ponsel dengan total investasi sekitar US$ 600 juta. Dari 26 vendor tersebut, sebanyak 14 merupakan pemilik merek lokal dan sisanya asing.(id)