AMSTERDAM (IndoTelko) - Satelit Telkom 3S (T3S) yang telah diluncurkan pada Rabu pagi (15/2) pukul 04.39 WIB dari Guiana Space Center, Kourou, Guiana Perancis tengah menuju orbit transit di 135.5 Bujur Timur guna melakukan serangkaian uji coba untuk transponder C-Band yang dibawanya.
“Pada 17 Februari lalu roket motor apogee kedua dari satelit T3S dinyalakan. Nanti, pada tanggal 19 Februari roket motor apogee ketiga dinyalakan agar T3S bisa mencapai ketinggian 35.590 KM,” ungkap Kepala Proyek Satelit Telkom 3S Tonda Priyanto kepada IndoTelko kala transit di Amsterdam dalam perjalanan menuju Jakarta, Jumat (17/2) siang waktu setempat.
Dikatakannya, pada 23 Februari mendatang satelit T3S akan melakukan manuver agar bisa masuk ke slot orbit transfer 135.5 Bujur Timur untuk melakukan serangkaian uji coba transponder C-Band dan lainnya. “Setelah itu satelit akan digeser satu derajat tiap hari menuju slot orbitnya di 118 Bujur Timur. Perkiraan sampai di slot orbit 118 derajat Bujur Timur itu pada 1 April mendatang,” pungkasnya.
Dalam penelusuran di internet tentang roket apogee yang ada di setiap satelit menyatakan Apogee kick motor (AKM) mengacu pada sebuah motor roket yang secara teratur digunakan pada satelit buatan ditujukan untuk orbit geostasioner.
AKM dibutuhkan karena pembawa roket hanya akan mampu meluncurkan satelit ke orbit elips maksimum apogee 35.786 KM. Orbit ini umumnya dikenal sebagai geostasioner orbit atau pemindahan orbit geosynchronous.
Satelit kemudian harus memberikan dorongan untuk mendatangkan delta v yang dibutuhkan untuk mencapai orbit geostasioner. Hal ini biasanya dilakukan dengan onboard tendangan apogee bermotor tetap. Ketika satelit mencapai posisi apogee orbitnya itu, AKM tersebut dinyalakan, mengubah orbit elips ke orbit melingkar, sementara pada saat yang sama membawa kecenderungan untuk sekitar nol derajat, sehingga mencapai penyisipan ke dalam orbit geostasioner. Proses ini disebut "apogee tendangan".
Apogee tendangan motor sering menggunakan baik mesin bipropellant, dengan bahan bakar padat dan cair pengoksidasi, atau mesin monopropellant dengan kedua bahan bakar dan pengoksidasi dalam keadaan padat. Kurang sering adalah sistem propelan terbalik - hibrida dengan bahan bakar cair (injectant) dan pengoksidasi solid.
Jumlah bahan bakar yang dibawa on board satelit langsung mempengaruhi masa pakai baterai, oleh karena itu sangat penting untuk membuat manuver tendangan apogee seefisien mungkin. Massa sebagian besar satelit geostasioner pada awal kehidupan operasional dalam orbit geostasioner kira-kira setengah bahwa ketika terpisah dari kendaraan di orbit geostasioner mentransfer, dengan setengah lainnya yang telah dikeluarkan dalam manuver tendangan apogee
Secara teori, peluncuran satelit terdiri dari beberapa tahapan dimana setiap stage memainkan peranan yang berbeda.
Tahapan pertama, kendaraan peluncur berisi roket-roket dan bahan bakar yang diperlukan untuk mengangkat satelit dan kendaraan peluncur ke angkasa. Roket-roket ini haruslah sangat kuat karena bobot dari kendaraan peluncur bisa mencapai ratusan ton. Setelah semua bahan bakar di tangki ini habis digunakan, stage satu tidak diperlukan lagi dan dibuang, dilepaskan jatuh ke Bumi.
Stage kedua berisi roket-roket yang lebih kecil yang akan menyala setelah stage satu selesai. Roket-roket stage kedua memiliki tangki bahan bakarnya sendiri. Stage kedua ini digunakan untuk mengirim satelit ke luar angkasa. Seperti pada stage satu, tangki dan roket dilepas dan dibuang ke atmosfer ketika bahan bakar sudah habis digunakan.
Berikutnya upper stage dari kendaraan peluncur dihubungkan ke tempat pembawa satelit, yang merupakan suatu wadah yang dilapisi metal, dan disebut fairing. Fairing berfungsi melindungi satelit saat proses peluncuran dan memudahkan kendaraan peluncur untuk menjelajah atmosfir Bumi. (Baca: Kumpulan berita Satelit T3S)
Fairing akan membuka ketika satelit berada diatas lapisan atmosphere dan terbakar ketika memasuki atmosphere. Roket-roket pada upper stage ini menyala setelah satelit berada di luar angkasa dan akan membawa satelit menuju titik orbit yang dituju. (Baca: Satelit T3S)
Satelit kemudian ditempat ke suatu transfer orbit yang akan mengirimkan satelit ke orbit yang lebih tinggi. Setiap satelit berada di titik terjauh (apogee) maka roket utama yang terpasang di satelit dinyalakan. Begitu seterusnya sampai satelit mencapai ketinggian orbit yang diinginkan.
Selanjutnya panel surya mulai dibuka dan dikembangkan agar satelit mulai mendapat catuan listrik dari sinar matahari, kemudian diikuti dengan dibukanya antena komunikasi.(id)