Pemenang digital tak alergi dengan kolaborasi

JAKARTA (IndoTelko) – Tiga dari empat (74%) perusahaan yang memiliki sistem manajemen yang terbaik, yang diklasifikasikan sebagai "Pemenang Digital", mendukung adanya kolaborasi di tempat kerja, sebagaimana ditemukan dalam sebuah studi terbaru yang diselenggarakan oleh SAP SE (SAP) dan Oxford Economics.

Berjudul “Getting Collaboration Right,” (Bekerjasama Dengan Benar), studi tersebut meneliti gaya pemimpin yang paling cerdas secara digital di dunia ketika berkolaborasi dalam dunia kerja.

Laporan tersebut, yang merupakan bagian dari studi Leaders 2020, yang mencakup analisis dari survei terhadap 4.100 eksekutif dan karyawan di seluruh dunia, menunjukkan bahwa perusahaan dengan performa tertinggi dunia memiliki kebiasaan dan cara pelaksanaan kolaborasi yang berbeda.

Secara khusus, Pemenang Digital:
• Percaya bahwa kerja tim dimulai di tingkat atas: Pemenang Digital cenderung untuk mengatakan bahwa manajemen sangat mahir dalam memfasilitasi kolaborasi di dalam dan di luar organisasi mereka. Hampir tiga perempat (74 persen) dari top performer lebih terfokus pada peningkatan keterampilan kolaborasi dari tim manajemen.
• Berinvestasi dalam budaya kolaboratif: Pemenang Digital merubah proses pengambilan keputusan untuk membangun kemitraan dan kerjasama tim. Secara signifikan, mereka 20% lebih mungkin menyatakan bahwa pengambilan keputusan didistribusikan secara adil di seluruh organisasi.
• Memaksimalkan penggunaan sarana kolaborasi: Lebih dari dua per tiga (68 persen) dari Pemenang Digital menggunakan sarana kolaborasi yang tersedia untuk mengevaluasi keinginan dan kebutuhan karyawan.
• Menyadari bahwa kolaborasi merupakan sebuah manfaat bagi karyawan: Para karyawan merasa paling puas bekerja di perusahaan yang merangkul kerjasama. Enam puluh dua persen karyawan merasa puas bila percaya bahwa manajer mereka mahir dalam bekerjasama, dibandingkan dengan 36 persen karyawan yang tidak puas. Sementara itu, enam puluh persen dari karyawan yang sangat puas melaporkan bahwa organisasi mereka menyediakan teknologi untuk memfasilitasi kolaborasi, dibandingkan dengan 32 persen karyawan yang tidak puas.

"Perusahaan perlu strategi kolaborasi modern untuk mendapatkan nilai penuh dari teknologi. Penelitian kami menunjukkan bahwa kepemimpinan di sebagian besar perusahaan memiliki ruang untuk peningkatan ketika menyangkut memfasilitasi kerjasama tim dan
mendistribusikan pengetahuan serta kekuasaan di seluruh bagian perusahaan," kata Associate editor di Oxford Economics Adrianna Gregory.  

Wakil presiden senior, Enterprise Social Software, SAP Anthony Leaper mengatakan perusahaan yang melaksanakan transformasi digital memahami bahwa kinerja keuangan yang kuat dihubungkan dengan praktik kolaborasi yang berjalan dengan baik. "Perusahaan tentu perlu memahami bahwa kolaborasi yang efektif bukan hanya bagus untuk dimiliki; melainkan gambaran mutlak dari hasil yang akan dicapai," tutupnya.(wn)