Tower Bersama bukukan laba Rp 1,29 triliun di 2016

ilustrasi (dok)

JAKARTA (IndoTelko) – PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) membukukan laba sebesar Rp 1,29 triliun sepanjang 2016 atau turun 10,7% dibandingkan periode 2015 sebesar Rp 1,42 triliun.

Dikutip dari laporan keuangan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), emiten dengan kode saham TBIG ini sepanjang 2016 berhasil meraih pendapatan Rp 3,711 triliun atau naik 8,5% dibandingkan 2015 sebesar Rp 3,42 triliun.

TBIG berhasil mencatatkan Earning Before Interest Tax Depreciation Amortization (EBITDA) sebesar  Rp3,220 triliun. Marjin EBITDA Perseroan meningkat menjadi 86,8% untuk tahun 2016 dibandingkan dengan 85,1% untuk tahun 2015.  

Per 31 Desember 2016, TBIG memiliki 20.486 penyewaan dan 12.610 site telekomunikasi. Site telekomunikasi milik Perseroan terdiri dari 12.539 menara telekomunikasi dan 71 jaringan DAS. Dengan total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 20.415, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) Perseroan menjadi 1,63.

“Sepanjang tahun 2016, kami bertumbuh secara organik sebanyak 1,314 site telekomunikasi dan 889 kolokasi ke dalam portofolio kami. Kami telah menghasilkan tahun pertumbuhan organik yang signifikan dan mengungguli rekan-rekan kami. Meskipun kami bertumbuh sebanyak 2.203 penyewaan secara organik tahun ini, penambahan penyewaan bersih kami lebih rendah, terutama dikarenakan penghentian penyewaan Telkom Flexi. Telkom menutup jaringan Flexi CDMA mereka, oleh karena itu sisa dari pendapatan sewa terkait dengan penyewaan ini dibayarkan lebih awal oleh Telkom di bulan Oktober 2016,” kata CEO Tower Bersama Hardi Wijaya Liong, kemarin.

Diungkapkannya, perseroan  mengeluarkan Rp1,5 trilliun di tahun 2016 untuk inisiatif bagi pemegang saham yang terdiri dari Rp592 miliar dalam bentuk dividen dan Rp906miliar dalam bentuk pembelian kembali saham. Hal ini memberikan imbal hasil sebesar 6,7% untuk pemegang saham, (berdasarkan harga saham Rp4.980 per 31 Desember 2016).

“Kami mengharapkan untuk tetap memberikan imbal hasil yang signifikan kepada pemengang saham seiring dengan pertumbuhan dari bisnis organik kami serta mempertahankan tingkat leverage yang didukung oleh kreditur kami,” tambah Hardi.

Per 31 Desember 2016, total pinjaman (debt) Perseroan, di mana pinjaman dalam Dollar Amerika yang telah dilindung nilai diukur dengan menggunakan kurs lindung nilainya, adalah sebesar Rp17.109 miliar dan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp9.451 miliar.

Dengan saldo kas yang mencapai Rp365 miliar, maka total pinjaman bersih (net debt) menjadi Rp16.744 miliar dan total pinjaman senior bersih (net senior debt) Perseroan menjadi Rp9.086 miliar. Rasio pinjaman senior bersih (net senior debt) terhadap EBITDA triwulan keempat 2016 yang disetahunkan adalah 2,8x, dan rasio pinjaman bersih (net debt) terhadap EBITDA triwulan keempat yang disetahunkan adalah 5,1x dimana kami masih memiliki ruang untuk menggunakan pinjaman tambahan berdasarkan covenant yang disyaratkan oleh fasilitas bank dan surat utang.

CFO Tower Bersama Helmy Yusman Santoso mengatakan perseroan berhasil menurunkan tingkat leverage dari 5,2x di triwulan keempat 2015 menjadi 5,1x di triwulan keempat 2016, dan juga berhasil meraih pertumbuhan organik yang kuat di mana total penambahan penyewa naik 11% serta memberikan imbal hasil untuk pemegang saham yang signifikan sebesar kurang lebih Rp1,5 triliun.

“Kreditur kami tetap merasa nyaman dengan tingkat leverage kami karena kami memiliki kontrak jangka panjang dari operator yang terjamin ditambah dengan kebijakan lindung nilai yang cermat. Surat utang kami terus diperdagangkan pada harga premium dan inisiatif fasilitas bank kami selalu oversubscribed beberapa kali,” katanya.

Helmy menambahkan perseroan tetap aktif melakukan pembelian kembali saham pada saat run-rate EV/EBITDA multiple pada saat ini berada di bawah dari kisaran target.

“Berdasarkan EBITDA triwulan keempat 2016 yang disetahunkan (“run-rate EBITDA”), dan saldo total pinjaman bersih (net debt) kuartal keempat 2016 (denganmemperhitungkan kontrak lindung nilai) dan kapitalisasi pasar (market capitalization) yang telah disesuaikan dengan saham treasuri sebesar 1,64% yang dimiliki per akhir Desember 2016), maka run-rate EV/EBITDA adalah sebesar ~11,8x berdasarkan harga saham Rp 4.980,” tutupnya.(id).