JAKARTA (IndoTelko) – Indonesia dinilai memiliki potensi yang besar di era digital karena memiliki pasar yang besar dan masyarakatnya siap bertransformasi ke era otomotisasi.
“Indonesia menyimpan potensi yang besar di era digital. Apalagi dari survei terbaru, tak jauh bedalah dengan negara lain di Asia Pasifik soal keinginan untuk transformasi digital,” ungkap Cisco Vice President, Architectures & Chief Technology Officer, APJ Dave West, kemarin.
Dikatakannya, hal yang menjadi perhatian di saat transformasi diantaranya isu otomotisasi dan sekuriti. Hal ini merujuk pada laporan Akamai Technologies dimana Indonesia disebut sebagai negara yang menjadi sumber dari 21% lalu lintas serangan siber di dunia di kuartal pertama 2013. Di kuartal keempat tahun sebelumnya, kurang dari 1% serangan online berasal dari Indonesia.
“Indonesia juga banyak menjadi negara transit sebelum sebuah serangan dimulai. Ini artinya isu sekuriti sangat penting bagi Indonesia jika menjalankan transformasi digital,” kata Country Manager Cisco Systems Indonesia, Budi Santoso.
Berdasarkan Laporan Tahunan Cybersecurity (Annual Cybersecurity Report - ACR) Cisco 2017, lebih dari sepertiga perusahaan yang sudah mengalami security beach atau pembobolan keamanan pada 2016 dan sebagai akibatnya mereka pun kehilangan setidaknya 20% dari jumlah pelanggan, kesempatan bisnis dan pemasukan.
Sembilan puluh persen dari perusahaan tersebut kini meningkatkan teknologi perlindungan dari ancaman cybersecurity dengan memisahkan fungsi IT dan security (38%), menambahkan pelatihan kesadaran keamanan bagi karyawan (38% ) dan menjalankan teknik mitigasi risiko (37%).
Di laporan tersebut, Cisco juga mengukur efektifitas keamanan dalam menghadapi serangan-serangan. Cisco memantau perkembangan dari upaya memangkas “time to detection” (TTD), yaitu lamanya waktu antara serangan dan pendeteksian serangan tersebut. Cepatnya waktu deteksi amat berpengaruh dalam mempersempit ruang gerak para penyerang dan meminimalisir kerusakan akibat intrusi.
Cisco telah sukses memperkecil TTD dari rata-rata 14 jam di awal 2016 menjadi serendah-rendahnya 6 jam di paruh terakhir dari tahun tersebut. Angka ini berdasarkan telemetri opt-in yang dikumpulkan dari produk keamanan Cisco yang digunakan di seluruh dunia.
“Kami punya banyak solusi untuk mendukung transformasi digital, misalnya Cisco START merupakan solusi cyber security Cisco yang dirancang agar hemat biaya. Hanya dengan sekitar US$ 25 per bulan, sebuah perusahaan dapat melihat dan melidungi jaringannya dengan lebih baik, selain merespon terhadap ancaman lebih cepat,” kata Dave.
Sedangkan Budi memperkirakan industri yang akan lebih banyak melakukan transformasi digital adalah financial service, manufaktur, dan ritel. “Tiga sektor ini sudah sadar kalau tak bisa menolak digitalisasi,” tutupnya.(id)