Tak terasa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta akan masuk tahap pencoblosan pada 19 April mendatang.
Aksi debat yang terjadi pada pekan lalu menjadi penampilan terakhir Basuki Tjahaja Purnama & Djarot Saiful Hidayat (Ahok-Djarot) dan Anies Baswedan & Sandiaga Uno (Anies-Sandi) di ranah publik karena pekan depan sudah masuk minggu tenang.
Berakhirkah kampanye? Ternyata tidak. Dunia maya ternyata malah makin ramai. Lihat saja laporan dari Twitter terkait acara debat dua kandidat.
Berdasarkan percakapan di Twitter (14 Maret - 13 April 2017), pasangan Ahok-Djarot memperoleh jumlah mention lebih banyak daripada pasangan Anies-Sandi.
Ada sekitar 2,2 juta kicauan terkait performa Ahok-Djarot selama debat berlangsung yang dicatat Twitter. Sementara untuk Anies-Sandi sebanyak 1,3 juta kicauan.
Tak pelak lagi, media sosial sekarang telah menjadi senjata ampuh untuk menyebarkan informasi atau melakukan provokasi.
Saat ini ada sekitar 106 juta jiwa dari 262 juta jiwa penduduk aktif menggunakan internet. Bahkan pengguna smartphone di Indonesia sekitar 371 juta, artinya satu orang lebih bisa lebih dari satu smartphone. Sekitar 142% lebih jumlah gawai dari total penduduk, artinya informasi beredar sangat cepat tanpa diundang menyerang semuanya pemilik ponsel.
Reuters Institute Digital News Report 2016 dalam laporannya mengungkapkan konsumen dengan usia muda, yakni 18-24 tahun lebih suka mencari berita melalui Media sosial atau online. Munculnya smartphone membuat konsumen makin dimanjakan dengan layanan berita yang sudah dikemas dan diantarkan langsung melalui media sosial yang digunakan.
Dalam hitungan hari belakangan ini bermunculan konten provokatif seperti saling tantang dalam mempertaruhkan kemenangan jagoan yang diusung, berita yang diplintir, atau lainnya demi mendukung jagoan dalam Pilkada yang disebut-sebut sama sengitnya dengan Pemilihan Presiden ini.
Memang di era digital saat ini ada pola komunikasi khusus dengan model 10:90 dimana 10% orang memproduksi hoax kemudian 90% sisanya tanpa disuruh ikut menyebarkan hoax.
Seiring tinggal hitungan hari jelang pencoblosan, ada baiknya kita semua waspada dalam menerima dan mengolah informasi melalui media sosial. Saring sebelum berbagi, atau setop di smartphone Anda jika itu Hoax.
Selain itu diharapkan Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan aparat penegak hukum lebih proaktif dalam mendeteksi konten berbau provokatif, hate speech, atau hoax di media sosial agar masa tenang tak diciderai oleh aksi tidak bertanggungjawab.
Selamat memilih bagi warga Jakarta
@IndoTelko